REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemerintah Kota Bangkok, Thailand memerintahkan sekitar 450 sekolah menghentikan kegiatan belajar mengajar pada Rabu (22/1). Hal itu akibat udara di ibu kota Thailand itu terpapar polusi pada tingkat tidak sehat dan cukup membahayakan.
"Para siswa bisa sangat terpapar polusi udara karena mereka banyak melakukan kegiatan luar ruangan, bahkan ketika menunggu bus atau berjalan kaki," ujar Panpimon Jumsook, seorang pengajar di salah satu sekolah.
Menurut data pencatat kualitas udara AirVisual, paparan partikulat PM 2.5 di udara kota Bangkok mencapai 78,3 mikrogram per meter persegi, sementara angka di atas 35 mikrogram per meter persegi sudah dianggap tidak sehat. Saking kecilnya ukuran polutan ini, PM 2.5 bisa menempel pada debu, jelaga, dan asap sehingga sangat mungkin terhirup dan mengendap di paru-paru serta memasuki aliran darah.
Masih berdasarkan data pada AirVisual, indeks kualitas udara (AQI) kota Bangkok tercatat di atas angka 150, dalam level tidak sehat. Sebagai salah satu kota yang paling banyak dikunjungi, Bangkok tidak terlepas dari masalah asap kendaraan, debu proyek konstruksi, dan gas buang industri. Namun, asap pembakaran sisa tanaman ladang di wilayah pedesaan sekitar juga dianggap berkontribusi terhadap tingkat polusi yang lebih tinggi, khususnya pada musim dingin dan kering.