Sabtu 25 Jan 2020 00:15 WIB

Ilmuwan Cina dan AS Kembangkan Vaksin Virus Corona

Belum ada obat yang bisa mengobati virus corona.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Indira Rezkisari
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1).
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Handout via REUTERS
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ilmuan China dan Amerika Serikat (AS) bekerjasama mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona yang mematikan. Virus ini telah mengakibatkan 25 orang meninggal dunia dan ratusan orang sakit.

Sekarang belum ada obat yang bisa digunakan untuk melawan virus yang gejalanya seperti pneumonia dan menular di antara manusia. Para pejabat telah memberitahu rumah sakit untuk mengkarantina pasien yang dicurigai terjangkit virus corona dan kontak dengan penderita.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (23/1) menyatakan virus tersebut tidak lagi mengancam kesehatan masyarakat dunia. Meskipun korban jiwa akibat virus tersebut telah bertambah di China.

Virus corona telah menyebar ke Hong Kong, Makau, Taiwan, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Vietnam dan AS pada Kamis (23/1). Pada Jumat (24/1), Jepang melaporkan telah menemukan kasus kedua virus corona. Hal yang sama terjadi di Singapura kemarin.

"Para ahli dari Baylor College of Medicine di Houston, Universitas Texas, New York Blood Centre, dan Universitas Fudan di Shanghai bekerja sama dalam proyek pengembangan vaksin corona," kata Dekan Fakultas Kedokteran Tropis Nasional Baylor College, Peter Hotez kepada kantor berita Pemerintah Xinhua, dilansir dari South China Morning Post, Jumat (24/1).

Hotez mengatakan, proses pengembangan vaksin tidak bisa cepat dan tidak bisa dipastikan apakah akan menghasilkan vaksin yang siap digunakan sebelum epidemi saat ini berakhir. Dia juga menambahkan, kemungkinan akan ada lebih banyak ditemukan kasus corona di AS.

AS melaporkan kasus virus corona ditemukan pertama kali pada seorang pria dari Washington yang pernah ke Wuhan, China, pada Selasa  (21/1). Diduga kasus kedua ditemukan di Texas, pihak berwenang sedang menyelidiki seorang mahasiswa di Universitas A&M yang juga telah melakukan perjalanan ke Wuhan.

Wabah virus corona yang dimulai pada Desember 2019 ini kemungkinan berasal dari pasar makanan laut dan hewan hidup di tengah Kota China. Sebab di sana banyak ditemukan kasus virus corona. Wuhan dan tujuh kota lainnya di Provinsi Hubei sekarang ditutup untuk membatasi penyebaran infeksi.

Sementara itu, pejabat tinggi Institut Kesehatan Nasional AS pada Rabu (22/1) menyampaikan, pihaknya mulai mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona baru. Vaksin rencananya dapat diuji coba pada manusia dalam waktu tiga bulan.

"Kami sudah mengerjakannya, dan mudah-mudahan dalam jangka waktu sekitar tiga bulan, kita akan dapat memulai uji coba fase satu pada manusia," kata Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci dikutip oleh Bloomberg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement