REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah virus corona menjadi momok di hampir seluruh negara. Alat pemindai suhu tubuh penumpang di bandara, dinilai belum cukup efektif untuk mencegah masuknya virus yang muncul pertama kali di Wuhan, Cina. Dokter dari rumah sakit di Paris menyatakan dua dari tiga warga asal Cina di Prancis, yang terinfeksi virus corona datang ke negara itu tanpa menunjukkan gejala terinfeksi virus tersebut.
Pada Jumat, Prancis mengonfirmasi tiga kasus pertama virus corona di Eropa, dengan dua pasien dirawat di Paris dan satu lagi di Bordeaux. Dua pasien di Paris adalah pasangan dari Cina yang tiba di bandara pada 18 Januari tetapi tidak menunjukkan gejala. Hingga tanggal 19 dan 23 Januari, masing-masing menunjukkan gejala terinfeksi virus n-Cov.
"Mereka tidak menunjukkan gejala ketika mereka naik pesawat," kata kepala penyakit menular di rumah sakit Paris Bichat, Yazdan Yazdanpanah dilansir Reuters, Ahad (26/1).
Sementara pasien ketiga yang dirawat di Bordeaux adalah seorang pria Cina berusia 48 tahun yang bekerja di industri anggur Prancis. Ia diketahui telah naik pesawat dari Wuhan ke Belanda dan memasuki Prancis dari sana.
Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn mengatakan bahwa lelaki itu telah memasuki Prancis pada 22 Januari, dan pertama kali berkonsultasi dengan dokter mengenai gejalanya pada 23 Januari. Kemudian dia didiagnosa terinfeksi virus pada 24 Januari.
"Sejauh ini tidak ada kasus baru, namun beberapa orang sedang dipantau," kata Buzyn.
Kementerian Luar Negeri Prancis pada Jumat, berencana membuka layanan bus bagi warga Prancis yang masih terjebak di Wuhan. Selain itu, pihak kementerian juga tengah mencari opsi terbaik untuk mengeluarkan warga negara Prancis di Wuhan.
Penyebaran virus yang kian masif juga memicu kekhawatiran dari masyarakat. Di Paris, dilaporkan angka penjualan masker meningkat, bahkan beberapa apotek kehabisan stok masker wajah. "Sudah seperti ini sejak pagi ini, bahkan beberapa orang histeris," kata seorang apoteker di Paris.
Wabah virus corona telah mengakibatkan 42 orang di Cina meninggal. Lebih dari 1.400 orang telah terinfeksi secara global, termasuk empat di Australia dan tiga di Malaysia.