REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Kerajaan Inggris Charles mengatakan, ingin melakukan kunjungan resmi ke Iran. Hal itu ia ungkapkan saat diwawancara khusus oleh surat kabar Inggris, Sunday Times.
"Ya, jelas saya ingin (pergi ke Iran). Saya tahu bahwa Iran telah menjadi bagian yang sangat penting di dunia selama berabad-abad dan telah banyak berkontribusi pada pengetahuan manusia, budaya, puisi, dan seni," kata Pangeran Charles.
Pangeran Charles menyadari saat ini hubungan Iran dengan beberapa negara Barat sedang dibekap ketegangan. Ia pun akan berupaya menjadi juru damai.
"Saya pikir hal yang paling penting adalah perdamaian yang adil dan abadi," ujar Pangeran Charles seraya menambahkan bahwa dirinya telah berdoa untuk perdamaian di Timur Tengah.
Ketegangan di kawasan Timur Tengah meruncing setelah Amerika Serikat (AS) membunuh komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020 lalu. Perintah pembunuhan itu datang langsung dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani. Di Iran, Soleimani dipandang sebagai orang terkuat kedua setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.