Senin 27 Jan 2020 08:21 WIB

Negara-Negara Siapkan Evakuasi Warganya dari Wuhan

Warga sejumlah negara juga dilarang mengunjungi Wuhan.

Seorang pengendara sepeda motor melintasi jalanan Kota Wuhan yang kosong, Sabtu (25/1). Pemerintah China melarang warganya bepergian selain mengisolasi kota.
Foto: Chinatopix via AP Photo
Seorang pengendara sepeda motor melintasi jalanan Kota Wuhan yang kosong, Sabtu (25/1). Pemerintah China melarang warganya bepergian selain mengisolasi kota.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Sejumlah negara mengungkapkan rencana mengevakuasi warga mereka dari Kota Wuhan dan Provinsi Hubei terkait merebaknya virus korona baru di wilayah itu. Pesawat-pesawat carter dan perjalanan darat akan disiagakan untuk memfasilitasi evakuasi tersebut.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan, Pemerintah Jepang telah menyelesaikan pembicaraan dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC). “Kami akan membawa pulang semua warga Jepang yang ingin kembali dengan segala upaya, termasuk menyewa pesawat,” kata Shinzo Abe dilansir Nikkei, kemarin.

Baca Juga

Sejauh ini, kata Abe, pihaknya tengah mendata warga Jepang yang ingin meninggalkan Wuhan. Ada sebanyak 700 warga Jepang tinggal di Wuhan, merujuk Kementerian Luar Negeri Jepang.

Pemerintah Jepang juga menimbang upaya evakuasi melalui darat dari Provinsi Hubei untuk kemudian diterbangkan lewat kota lain ke Jepang. Hingga Ahad (26/1), Pemerintah Jepang telah mengumumkan tiga kasus virus korona di negara tersebut.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga mengatakan akan mengevakuasi para diplomatnya dari Konsulat AS di Wuhan. Mereka dijadwalkan terbang dari Wuhan ke San Francisco pada 28 Januari. AS pun menyediakan kursi bagi warganya yang ingin ikut dalam penerbangan tersebut.

"Kapasitas ini sangat terbatas. Jika pesawat tidak memadai untuk mengangkut semua orang yang menyatakan minat, kami hanya akan mengangkut individu yang berisiko lebih besar terinfeksi virus korona," demikian bunyi pemberitahuan itu, seperti dilansir Reuters, Ahad (26/1).

Pada Sabtu lalu, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan akan membantu AS dalam mengevakuasi warga dan diplomatnya. Pemberitahuan itu disambut baik oleh warga AS di Wuhan. Mereka dilaporkan banyak yang menghubungi Kedutaan Besar AS di Beijing untuk mendaftar. Bahkan, mereka bersedia membayar biaya perjalanan. Seperti Jepang, AS juga melaporkan ada tiga pasien di negara itu yang terjangkit virus korona.

Prancis, yang sejauh ini telah melaporkan tiga kasus penularan, juga berencana mengevakuasi warganya dari Kota Wuhan. Sebuah pernyataan di laman resmi Konsulat Prancis di Wuhan mengatakan, negara itu sedang mempertimbangkan dan menyiapkan layanan bus yang memungkinkan warga Prancis, pasangan, dan anak-anak mereka meninggalkan Wuhan.

photo
Pintu gerbang utama Masjid Nanxiapo, Beijing, terpasang pengumuman ditiadakannnya aktivitas masyarakat di tempat-tempat umum termasuk kegiatan shalat Jumat untuk menghindari meluasnya wabah virus corona yang telah merengggut puluhan nyawa di Kota Wuhan, Jumat (24/1/2020).

Kementerian Luar Negeri Prancis pada Sabtu (25/1) mengatakan telah membuat saluran telepon darurat. Pada Sabtu, seorang pejabat yang menjawab saluran itu mengatakan, perincian angkutan bus masih dikerjakan.

Rencananya adalah membawa warga Prancis yang terperangkap di Wuhan ke kota lain di Cina, tempat mereka akan menjalani karantina 14 hari sebelum diizinkan untuk pindah lagi, seperti dilansir di France24, Ahad (26/1).

"Mulai Ahad, tim medis akan berada di bandara Prancis, terutama Charles de Gaulle di Paris, untuk membantu penumpang yang datang dari berbagai kota di Cina dengan pertanyaan, kekhawatiran, atau kebutuhan medis," kata Kepala Departemen Kesehatan Prancis Jerome Salomon.

Grup perusahaan otomotif Prancis PSA, pembuat mobil merek Peugeot dan Citroen, mengatakan pada Ahad (26/1) bahwa mereka juga berencana mengevakuasi staf pendatang dan keluarga mereka dari wilayah Wuhan. PSA mengatakan, 38 orang akan dievakuasi dan inisiatif tersebut akan dilaksanakan dalam kolaborasi penuh dengan pihak berwenang Cina serta konsulat jenderal Prancis. PSA mengatakan, para pengungsi akan tetap di karantina di Changsha sebelum melakukan perjalanan kembali ke negara asal mereka.

Rusia juga menyatakan sedang berkonsultasi dengan Cina untuk membahas kemungkinan mengevakuasi warga negaranya dari Kota Wuhan, seperti dilansir kantor berita RIA, mengutip Kedutaan Besar Rusia di Cina. Sejauh ini, belum ada warga Rusia yang terinfeksi virus korona baru itu.

photo
Puluhan alat berat beroperasi untuk membangun rumah sakit lapangan bagi korban Coronavirus di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Kerajaan Inggris juga menyatakan pada Sabtu (25/1) bahwa pihaknya mengeluarkan peringatan kepada warganya agar tidak melakukan semua perjajalanan ke Provinsi Hubei di Cina. Dalam peringatan perjalanan baru itu, Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris juga memberitahu masyarakat untuk meninggalkan Provinsi Hubei.

"Kantor Luar negeri dan Persemakmuran (FCO) menganjurkan untuk tidak melakukan semua perjalanan ke Provinsi Hubei. Bila Anda berada di wilayah itu dan sanggup meninggalkan, Anda harus tinggalkan!" tertulis di laman resmi Pemerintah Inggris.

Di Thailand, tempat dilaporkannya tujuh penularan virus korona, empat pesawat Hercules C-130 lengkap dengan tim kesehatan juga telah disiapkan di Bangkok. Mereka bersiaga jika sewaktu-waktu pemerintah Thailand memerintahkan evakuasi warga Thailand dari Wuhan.

Panglima TNI AU Thailand Maanat Wongwat mengatakan, pesawat pengangkut itu siap berangkat begitu pemerintah memberikan lampu hijau untuk evakuasi. “Angkatan Udara sudah siap,” kata Maanat kepada Bangkok Post, kemarin.

Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwon telah menyatakan, pemerintah memang berencana mengevakuasi warga Thailand dari Wuhan. Sebanyak 64 warga Thailand yang terdiri atas 54 pelajar dan 10 ahli pijat saat ini masih berada di Hubei. n kamran dikarma/idealisa masyrafina/umi nur fadhilah ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement