Senin 27 Jan 2020 19:58 WIB

Investor Global Khawatirkan Dampak Virus Corona Terhadap Produktivitas Ekonomi

Indeks saham di sejumlah negara di dunia mengalami penurunan akibat cemasnya para investor terkait penyebaran virus corona yang dikhawatirkan berdampak negatif terhadap aktivitas ekonomi.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/AP Photo/Yam G-Jun
picture-alliance/AP Photo/Yam G-Jun

Di sejumlah negara di Asia, indeks harga saham terlihat mengalami penurunan pada pembukaan hari Senin (27/01) menyusul pengumuman pemerintah Cina terkait meningkatnya pasien virus corona di negara itu. Indeks saham di Eropa dan Amerika Serikat juga telah memperlihatkan penurunan.

Seperti diberitakan oleh kantor berita AP, indeks Tokyo Nikkei 225 turun sebesar 2 persen. Indeks Sensex di India juga diberitakan turun sebesar 0,4 persen. Sedangkan benchmark di Thailand dan Indonesia masing-masih turun sebesar 2,9 dan 1,4 persen. Sejumlah pasar di wilayah Asia, termasuk juga di Cina, memang masih tutup dalam rangka liburan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga

"Dengan sebagian besar pasar Asia masih tutup, investor (yang berharap) uang cepat beralih membeli investasi dengan risiko rendah seperti treasury," ujar Masahiko Loo, manajer portofolio di Alliance Bernstein, seperti dikutip dari Reuters.

"Menurut saya keadaan ini akan masih berlanjut pada minggu ini sampai pasar Cina kembali melanjutkan perdagangan minggu depan dan wabah virus corona mereda."

Baca juga: Sejumlah Negara Rencanakan Evakuasi saat Cina Berjuang Tahan Wabah Virus Corona

Masih menurut Reuters, kontrak berjangka mini S&P 500 di Amerika Serikat dilaporkan turun sebesar 1,0 persen. Penurunan juga diperkirakan akan terjadi di pasar saham di Eropa.

Sementara itu, CNN melaporkan bahwa indeks Dow Jones juga diperkirakan akan mengalami awal yang berat pada minggu ini karena sejumlah faktor geopolitis seperti serangan misil terhadap Kedutaan Besar AS di Irak dan penyebaran virus corona yang berawal dari Cina yang kini kasusnya juga telah ditemukan di AS.

Indeks Dow Jones juga diperkirakan akan mengalami awal yang berat pada minggu ini karena sejumlah faktor geopolitis seperti serangan misil terhadap Kedutaan Besar AS di Irak dan penyebaran virus corona yang berawal dari Cina yang kini kasusnya juga telah ditemukan di AS.

Mengingat dampak epidemi virus pada pasar saham seperti yang pernah terjadi sebelumnya, indeks global seperti Dow Jones tidak dapat mengabaikan penyebaran virus ini. CNN juga melaporkan bahwa diperkirakan akan terjadi pukulan besar terhadap produktivitas Cina dengan dampak yang signifikan terhadap ekonomi global.

Arab Saudi pantau harga minyak dunia

Pemerintah Arab Saudi juga secara ketat memantau perkembangan pasar minyak global dari adanya kemungkinan pengaruh perkembangan wabah virus corona dan dampaknya terhadap ekonomi Cina. Demikian ungkap Menteri Energi Arab Saudi, Senin (27/01).

Organisasi negara-negara produsen minyak, OPEC, dan sekutunya dapat bereaksi terhadap stabilitas pasar minyak jika diperlukan, kata Pangeran Abdulaziz bin Salman seperti dikutip dari Reuters. Namun ia menambahkan bahwa dirinya yakin pemerintah Cina dan komunitas internasional dapat mengendalikan penyebaran virus dan memberantasnya.

Harga minyak mentah juga ikut turun lebih dari 2 persen ke posisi terendah dalam beberapa bulan terakhir pada hari Senin karena meningkatnya jumlah kasus virus corona di Cina. Penutupan kota Wuhan di Cina juga memperbesar kekhawatiran atas permintaan minyak.

Sebaran virus semakin kuat

Komisi Kesehatan Nasional Cina mengatakan pada hari Minggu (26/01) bahwa kemampuan virus corona untuk menyebar semakin kuat dan infeksi dapat terus meningkat. Saat ini diperkirakan sedikitnya 2.800 orang terinfeksi secara global dan 81 orang di Cina meninggal akibat penyakit ini.

Baca juga: Cina Karantina 41 Juta Penduduk di 13 Kota

Pemerintah Cina mengumumkan akan memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari 2020, demikian tulis kantor berita Reuters. Hong Kong yang dikuasai Cina mengatakan akan melarang masuk orang-orang yang telah mengunjungi provinsi Hubei dalam 14 hari terakhir.

Pelaku pasar saat ini memang masih tetap waspada terhadap perkembangan berita seputar virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan lalu telah menyatakan keadaan "darurat di Cina," tetapi sejauh ini keadaan tersebut belum berlaku di seluruh dunia.

ae/vlz (berbagai sumber)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement