REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daerah otonomi China, Tibet menutup sementara semua lokasi wisata mulai Senin (27/1) untuk meminimalisasi penyebaran virus corona. Hal itu menyusul virus corona baru atau Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV) kian ganas dan menyebar ke beberapa wilayah di China.
Sebelumnya, beberapa wilayah China telah menutup fasilitas umum dan tempat rekreasi seperti Disneyland Shanghai, Forbidden City, kuil-kuil dan lainnya untuk mencegah penyebaran virus.
"Langkah itu bertujuan untuk menghindari berkumpulnya turis dan penularan infeksi, sehingga penyebaran virus corona baru (2019-nCoV) di Tibet bisa dicegah," kata Biro Pengembangan Pariwisata Daerah Otonom Tibet, dilansir media setempat pada Selasa (28/1).
Tibet adalah provinsi dari Republik Rakyat China, yang merupakan Daerah Otonomi Khusus. Tibet berada di pegunungan Himalaya berbatasan dengan Nepal, Bhutan, India, Xinjiang, Qinghai, dan Sichuan di China. Mayoritas penduduknya beragama Buddha, dengan Lhasa sebagai ibu kotanya.
Otoritas Kesehatan China pada Senin mengonfirmasi, 2.744 kasus pneumonia disebabkan oleh virus corona baru atau 2019-nCoV. Sebanyak 461 pasien juga dilaporkan dalam kondisi kritis. Wabah itu telah mengakibatkan 80 kematian, sementara 51 orang dilaporkan telah dinyatakan pulih.