Selasa 28 Jan 2020 14:17 WIB

Intelijen Militer Jerman: Lebih 500 Serdadu Bundeswehr Terpapar Ekstremisme Kanan

Kepala dinas intelijen militer Jerman MAD mengatakan ada ratusan penyelidikan baru terhadap tentara dengan kecenderungan ekstremisme kanan. Terutama anggota pasukan elit KSK.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
picture-alliance/dpa/M. Skolimowska

Badan Intelijen Militer Jerman, MAD, mengatakan pihaknya sedang menyelidiki 550 anggota militer Jerman Bundeswehr yang diduga terpapar ekstremisme kanan, kata surat kabar Jerman Welt am Sonntag hari Minggu (26/01).

Banyak kasus ekstremisme di Bundeswehr yang berhasil diusut dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya pemerintah untuk meredam pengaruh dan ancaman ekstremis kanan, kata Kepala MAD Christof Gramm.

Dia menjelaskan, tahun 2019 ada 360 kasus dugaan ekstremisme kanan yang didaftarkan. Ada 14 kasus yang berhasil dikonfirmasi, delapan kasus benar-benar melibatkan ekstremisme kanan. Sedangkan dalam 40 kasus, anggota militer "gagal menegakkan nilai-nilai konstitusi" Jerman.

"Tujuan kami adalah tidak hanya menyingkirkan para ekstremis dari militer Jerman, tetapi juga orang-orang yang kurang loyal terhadap konstitusi," kata Christof Gramm.

Dia menghubungkan kenaikan jumlah kasus yang diusut dengan peningkatan pengawasan oleh badan intelijen militer, MAD.

Satuan elit KSK sarang ekstremisme?

Kasus-kasus yang diduga berkaitan dengan ekstremisme kanan utamanya terkonsentrasi di satuan elit Komando Spezialkräfte, KSK. Menurut Christof Gramm, 20 kasus dugaan ekstremisme kanan saat ini sedang diproses di lingkungan KSK.

Jika dibandingkan dengan jumlah anggota, ini berarti kasus di KSK lima kali lebih tinggi daripada di Bundeswehr secara keseluruhan.

Selain itu, jumlah kasus di KSK juga naik dua kali lipat dibandingkan dengan awal 2019, tambahnya.

Pengaruh ekstremisme kanan di Bundeswehr terutama jadi sorotan media setelah kasus Franco A, seorang serdadu Bundeswehr yang segera akan diadili karena pelanggaran terkait terorisme. Pada tahun 2017, Franco A ditangkap dengan tuduhan menjalani kehidupan ganda dan menyamar sebagai pengungsi Suriah untuk merencanakan serangan teror. Dia berharap serangan teror itu nantinya akan dianggap sebagai terorisme Islam yang datang bersama gelombang pengungsi.

Tidak ada "pasukan bayangan" di Bundeswehr

Kegiatan Franco A. ketika itu menimbulkan kekhawatiran tentang munculnya "kelompok bayangan" di tubuh Bundeswehr yang bertujuan merongrong stablitas negara dan konstitusi.

Setelah kasus Franco A. disorot media, MAD menjadi sasaran penyelidikan oleh komite pengawas di parlemen karena dianggap gagal mengantisipasi perkembangan.

"Itu adalah alarm bagi MAD untuk mengembangkan diri secara komprehensif," ujar Christof Gramm.

Namun Kepala MAD itu membantah adanya "pasukan bayangan di tubuh Bundeswehr. Dia mengatakan MAD sangat serius menyelidiki kemungkinan masuknya pengaruh ekstremisme kanan.

"Kami mengidentifikasi para ekstremis dan orang-orang yang diragukan loyalitasnya kepada konstitusi," katanya. Dia menambahkan, pihaknya tidak menemukan kelompok yang "ingin membelokkan haluan negara."

Christof Gramm menegaskan, adalah tugas setiap prajurit untuk melaporkan rekan-rekannya yang mengungkapkan atau menampilkan sentimen yang berlawanan dengan konstitusi.

Badan intelijen militer MAD untuk pertama kalinya akan merilis laporan kegiatan tahunan.

hp/ae (dpa, afp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement