Rabu 29 Jan 2020 15:59 WIB

Menengok Peremajaan Angkutan Umum di Kenya

Angkutan umum di Kenya yakni matutu diremajakan menggunakan teknologi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Matutu menembus kemacetan Nairobi, Kenya.
Foto: cnn
Matutu menembus kemacetan Nairobi, Kenya.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Kenya mulai bebenah dengan memperbaiki angkutan umum yang berada di jalan. Pemanfaatan teknologi dengan pelacakan GPS, mesin tiket seluler, dan kamera menjadi wajah baru untuk terus dikembangkan.

Kendaraan umum informal dikenal sebagai matatu merupakan trasportasi andalan warga Nairobi. Puluhan ribu armada itu pun mendapatkan pemerajaan dari perusahaan di Kenya dengan menerapkan teknologi terkini.

Baca Juga

Data Integrated yang berbasis di Nairobi melengkapi matatus dengan alat yang bisa menjamin keamanan bagi penumpang. Hal ini berangkat dari laporan tahun 2018 oleh Deloitte menemukan bahwa 70 persen populasi Nairobi bergantung pada bus matatu.

"Kebanyakan orang menganggap angkutan umum di Kenya sangat kacau. Yang kami coba bawa adalah lebih banyak keteraturan dan standardisasi dalam cara bus beroperasi," ujar salah satu pendiri dan CEO Data Integrated  Mary Mwangi.

Bus Matatu kebanyakan milik pribadi dan operasi harian dikelola oleh salah satu dari ratusan kelompok independen yang terdaftar pemerintah yang disebut SACCO. Pengemudi dipekerjakan oleh SACCOS atau pemilik matatu, dan pemilik menetapkan mereka target harian dengan rute tertentu.

Dengan peremajaan teknologi, Mwangi mengatakan, memungkinkan pemilik untuk lebih melacak operasi bus dan dapat memberikan transparansi yang lebih besar antara pekerja matatu. "Sebagai pemilik bus, Anda memberikan bus kepada pengemudi dan kondektur di pagi hari dan kemudian di malam hari Anda tidak memiliki cara untuk mengetahui apa yang terjadi di siang hari," katanya.

Bekerja dengan SACCO dan pengemudi, Data Integrated memasang pelacakan real-time, mesin penjualan tiket, dan kamera yang menghitung jumlah orang yang naik bus dan mencocokkannya dengan jumlah tiket yang terjual.

Perusahaan juga memasang kamera keamanan untuk membantu pemilik bus mengurangi pencurian dan telah memperkenalkan kartu pembayaran tanpa uang tunai untuk penumpang. Data Integrated mengatakan telah bermitra dengan lebih dari 3.000 bus sejak 2017 dan memproses lebih dari 5 juta transaksi.

"Saya berharap bahwa kita akan dapat menggunakan teknologi ini di sebagian besar sektor transportasi publik Afrika," kata Mwangi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement