REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berusaha untuk meraih kesepakatan-kesepakatan besar selama sidang pemakzulan. Ia ingin menandatangani dua undang-undang baru yang mengatur perdagangan dengan Kanada dan Meksiko.
Trump menegosiasikan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang menjadi prioritas kampanyenya tahun 2016. Walaupun para pakar mengatakan dampak dari perjanjian baru ini kecil. Trump menandatangani undang-undang itu pada Rabu (29/1) ini.
Kanada dan Meksiko sudah mewakili dua pasar ekspor terbesar barang-barang AS. Tapi perjanjian baru yang ditanda tangani bersama dengan 'tahap pertama' perjanjian dagang dengan China itu akan menurunkan ketegangan perdagangan yang berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Pemimpin tiga negara itu sudah menandatangani perjanjian baru ini pada akhir tahun 2018. Legislasi untuk mengimplementasikan perjanjian yang disebut USMCA ini mendapatkan dukung bipartisan dari Kongres. Setelah pemerintah Trump melakukan negosiasi tertutup dengan anggota parlemen dari Demokrat.
Tapi tampaknya tokoh-tokoh Partai Demokrat tidak diundang dalam acara penandatanganan. Hinaan tersebut dilakukan setelah House of Representative yang dikuasai Demokrat memakzulkan Trump.
"Gedung Putih tidak mengundang anggota House dari Partai Demokrat dalam acara penandatanganan USMCA mereka, tapi kami terwakili dalam perubahan besar rancangan USMCA yang asli," kata juru bicara ketua House Nancy Pelosi, Henry Connelly, Rabu (29/1).
Connelly mengatakan Demokrat mengubah mekanisme tenaga kerja, resep obat, lingkungan dan penegakan rancangan awal USCMA. Trump memamerkan kesepakatan itu sebagai 'model perdagangan baru abad ke-21'.
"Besok kami akan mengganti mimpi buruk NAFTA, salah satu kesepakatan dagang terburuk dalam sejarah," kata Trump kepada pendukungnya di New Jersey.
NAFTA yang mulai berlaku pada 1994 menghancurkan halangan perdagangan antara tiga negara Amerika Utara. Tapi, menurut Trump NAFTA mendorong pabrik-pabrik AS meninggalkan AS dan pindah ke Meksiko karena upah buruh lebih murah.
Trump mengancam akan menarik AS dari NAFTA bila AS tidak mendapatkan kesepakatan yang lebih baik. Hal itu menciptakan ketidakpastian perdagangan di kawasan.