Jumat 31 Jan 2020 03:01 WIB

Pabrik di Iran Produksi Bendera AS dan Israel

Aksi protes yang berlangsung di Iran mendatangkan rezeki bagi pabrik bendera

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Pabrik di Iran memproduksi bendera Amerika Serikat dan Israel yang biasa digunakan dalam aksi protes. Ilustrasi,
Foto: AP/Rajanish Kakade
Pabrik di Iran memproduksi bendera Amerika Serikat dan Israel yang biasa digunakan dalam aksi protes. Ilustrasi,

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Aksi protes yang berlangsung di Iran mendatangkan rezeki bagi pabrik bendera terbesar di negara tersebut. Pabrik yang berada di kota Khomein, barat daya ibu kota Teheran, memproduksi bendera Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel untuk para demonstran.

Para demonstran membeli bendera yang diproduksi di pabrik itu. Biasanya dalam aksi protes mereka membakar bendera-bendera tersebut. Sejumlah pabrik bendera di kota Khomein memproduksi sekitar dua ribu bendera AS dan Israel dalam satu bulan atau sekitar 1,5 juta bendera dalam setahun.

Baca Juga

Pemilik pabrik bendera Diba Parcham, Ghasem Ghanjani, mengatakan dirinya dan warga Iran tidak memiliki masalah dengan warga negara AS maupun Inggris. Namun mereka mempunyai masalah dengan pemerintah negara-negara Barat, karena kebijakan yang telah merugikan.

“Kami tidak memiliki masalah dengan orang Amerika dan Inggris. Kami memiliki masalah dengan gubernur mereka. Kami memiliki masalah dengan presiden mereka, dengan kebijakan yang salah yang mereka miliki," ujar Ghanjani.

Ghanjani menambahkan, warga AS dan Israel mengetahui bahwa warga Iran tidak mempunyai masalah dengan mereka. Pembakaran bendera itu hanya sebagai alat untuk menunjukkan protes warga Iran terhadap pemerintahan negara Barat.

"Orang-orang Amerika dan Israel tahu bahwa kami tidak memiliki masalah dengan mereka. Jika orang membakar bendera negara-negara ini pada aksi unjuk rasa yang berbeda, itu hanya untuk menunjukkan protes mereka," kata Ghanjani.

Ketegangan antara AS dan Iran mencapai tingkat tertinggi setelah komandan militer Iran Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan drone AS di Baghdad pada 3 Januari lalu. Pembunuhan terhadap Soleimani ini mendorong Iran untuk menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak sebagai serangan balasan.

Seorang manajer di pabrik bendera, Rezaei yang menolak memberikan nama depannya, mengatakan serangan drone AS yang membunuh Soleimani adalah tindakan pengecut. Warga Iran hanya bisa melakukan pembalasan dengan cara membakar bendera AS dalam setiap aksi protes.

"Ini (membakar bendera Amerika) adalah hal yang minimal bisa kita lakukan terhadap mereka," ujar Rezaei.

Pengakuan Iran atas ketidaksengajaan penembakan rudal ke pesawat Ukraina International Airlines telah memicu kemarakan internasional dan memicu aksi protes terhadap otoritas Iran di Teheran. Meski para pejabat tinggi dan militer Iran telah meminta maaf, aksi protes tetap tak terbendung serta menyebar di seluruh Iran termasuk di ibukota Teheran, Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh.

Sekitar 1.000 orang turun ke jalan-jalan di sejumlah kota di Iran sembari meneriakkan protes terhadap pihak berwenang. Selain itu, para pengunjuk rasa juga menuntut agar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mundur.

Pesawat Ukraina yang jatuh di Iran telah terbang dekat dengan situs militer milik pasukan elite Garda Revolusi Iran pada saat siaga tinggi. Militer Iran menyatakan pesawat itu ditembak jatuh secara tidak sengaja.

Akan tetapi Ukraina mengatakan pesawat itu berada dalam koridor penerbangan normal. Organisasi Penerbangan Sipil menyatakan pesawat tidak keluar dari jalur normal.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement