Jumat 31 Jan 2020 16:56 WIB

Respons Trump, Palestina Keluar dari Kesepakatan Oslo 1995

Palestina keluar dari Kesepakatan Oslo 1995 tentang pembagian Tepi Barat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Palestina keluar dari Kesepakatan Oslo 1995 tentang pembagian Tepi Barat. Foto warga Palestina melintasi jalanan yang kosong karena aksi mogok massal di Kota Nablus, Tepi Barat, Palestina.
Foto: Alaa Badarneh/EPA-EFE
Palestina keluar dari Kesepakatan Oslo 1995 tentang pembagian Tepi Barat. Foto warga Palestina melintasi jalanan yang kosong karena aksi mogok massal di Kota Nablus, Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Palestina menyatakan keluar dari Kesepakatan Oslo 1995 yang ditandatangani dengan Israel. Langkah itu diambil setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah-nya. 

"Israel telah diberi tahu bahwa Pemerintah Palestina tidak akan mematuhi perjanjian di antara mereka," kata Menteri Urusan Sipil Otoritas Palestina, Hussein al-Sheikh, dalam wawancara dengan televisi Aljazirah, dikutip Anadolu Agency, Jumat (31/1).

Baca Juga

Dia berharap negara-negara Arab dan Islam akan menjadi kekuatan yang mendukung sikap Palestina tersebut. Liga Arab dijadwalkan menggelar pertemuan luar biasa tingkat menteri pada Sabtu (1/2). Mereka akan membahas rencana perdamaian Trump.

Kesepakatan Oslo 1995 mengatur tentang pembagian wilayah dan kewenangan Israel serta Palestina di Tepi Barat. Terdapat tiga pembagian, yakni Area A, B, dan C.  Area A adalah wilayah yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Palestina.

Kemudian Area B merupakan wilayah yang dikendalikan Otoritas Palestina, namun sektor keamanannya dikontrol Israel. Sedangkan Area C adalah wilayah yang sepenuhnya dikuasai Israel.  Namun pembagian wilayah itu dianggap tak adil.

Pasalnya Area C merupakan wilayah pertanian dan sumber air utama Tepi Barat. Karena berada di bawah kekuasaan Israel, warga Palestina memiliki keterbatasan akses terhadap area tersebut.

Saat ini Area C dihuni sekitar 300 ribu warga Palestina. Sebagian besar di antaranya adalah masyarakat Badui dan penggembala yang tinggal di karavan, tenda, bahkan gua.

Sementara dalam rencana perdamaian Timur Tengah bikinan Trump, tuntutan Palestina masih banyak yang terabaikan. Trump menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak dapat dibagi. Dia mengakui pendudukan Israel atas sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan. 

Trump mengusulkan Abu Dis, sebuah kota di Yerusalem Timur, menjadi ibu kota Palestina. Hal itu tentu tak sesuai dengan tuntutan Palestina yang kerap menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka. Palestina telah menolak rencana perdamaian Timur Tengah milik Trump. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement