Sabtu 01 Feb 2020 05:03 WIB

Kualitas Air Australia Terancam Pascakebakaran Hutan

Merawat air yang tercemar abu dalam sistem air minum membutuhkan dana yang besar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Kebakaran hutan di Australia
Foto: ABC News
Kebakaran hutan di Australia

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kebakaran hutan masih melanda beberapa wilayah Australia. Masalah tersebut belum selesai, bayang-bayang masalah lain telah muncul, kualitas air yang bisa rusak karena kebakaran yang berlangsung sangat lama dan tersebar luas.

Di ibu kota Canberra, pihak berwenang mengawasi kebakaran hutan dan semak belukar. Bukan hanya khawatir tentang kobaran baru tetapi nasib kualitas air yang harus dijaga. Hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya masalah kualitas air dan gangguan yang mengikuti kebakaran hutan mematikan 17 tahun lalu.

Baca Juga

"Area hutan yang terbakar di Australia dalam satu musim kebakaran mengejutkan. Kami belum pernah melihat yang seperti itu dalam sejarah yang direkam," kata profesor di Universitas Swansea di Inggris Stefan Doerr.

Saat ini memang belum ada dampak besar pada sistem air minum di Australia tenggara dari kebakaran hebat yang telah membakar lebih dari 104.000 kilometer persegi sejak September. Namun, pihak berwenang tahu, risiko terbesar akan datang dengan hujan turun selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang akan datang.

Ketika hujan turun dan menjadi intens maka menghasilkan banyak air dalam waktu singkat. Kondisi ini dapat dengan cepat mengikis lereng yang gundul dan mencuci volume besar abu, sedimen dan puing-puing ke saluran air dan reservoir penting. Selain mengurangi jumlah air yang tersedia, limpasan juga dapat menyebabkan polutan, serta nutrisi yang membuat mekar ganggang.

Terlebih lagi, area yang terbakar setiap tahun banyak ekosistem hutan telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Ekspansi itu kemungkinan akan berlanjut sepanjang abad karena iklim yang lebih hangat.

Menurut para ilmuwan di New South Wales dan pemerintah Victoria, sebagian besar dari 64.000 kilometer persegi yang telah terbakar di Victoria dan New South Wales adalah hutan, termasuk hutan hujan. Beberapa ahli percaya bahwa suhu tinggi, kekeringan dan kebakaran yang lebih sering mungkin membuat beberapa daerah tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.

Api yang sangat panas membakar bahan organik dan humus yang dibutuhkan untuk pohon dan vegetasi lainnya untuk regenerasi, tidak meninggalkan apa pun untuk menyerap air. Panas juga dapat menutup dan mengeraskan tanah, menyebabkan air mengalir dengan cepat, membawa segala yang ada di jalurnya.

Pada gilirannya itu dapat menyumbat aliran air, membunuh ikan, tanaman, dan kehidupan akuatik lainnya. Padahal itu semua diperlukan untuk air berkualitas tinggi sebelum mencapai reservoir.

Merawat air yang tercemar abu dalam sistem air minum pun membutuhkan dana yang tidak sedikit. Contoh saja Denver Water di Amerika Serikat (AS), yang melayani 1,4 juta pelanggan, salah satu yang merasakan mahalnya biaya reaktif setelah abu dan limpasan sedimen dari dua kebakaran besar berintensitas tinggi pada tahun 1996 dan 2002.

Pada kebakaran itu, membuat sumbatan waduk yang menangani 80 persen pasokan air untuk pelanggannya. Ilmuwan daerah aliran sungai untuk perusahaan itu Christina Burri menyatakan, mereka menghabiskan sekitar 28 juta dolar AS untuk memulihkan. Sebagian besar untuk mengeruk 765.555 meter kubik sedimen dari reservoir.

Sejak itu, Denver Water telah menghabiskan puluhan juta lebih untuk melindungi hutan, bermitra dengan Dinas Kehutanan AS dan mitra lainnya. Mereka berusaha untuk melindungi daerah aliran sungai dan secara proaktif memerangi kebakaran di masa depan, termasuk dengan menebangi beberapa pohon dan mengendalikan vegetasi di daerah berpenduduk.

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement