Ahad 02 Feb 2020 16:15 WIB

Australia Gunakan Qantas untuk Evakuasi Warga dari Wuhan

Staf Qantas mengajukan diri untuk ikut menjemput warga Australia di Wuhan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Wanita mengenaka masker di Hong Kong, Jumat (31/1). WHO sudah mendeklarasikan darurat kesehatan bagi corona yang bermula Kota Wuhan, China.
Foto: AP
Wanita mengenaka masker di Hong Kong, Jumat (31/1). WHO sudah mendeklarasikan darurat kesehatan bagi corona yang bermula Kota Wuhan, China.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pesawat dari maskapai Qantas diterbangkan menuju Wuhan, China untuk mengevakuasi warga Australia pada Ahad (2/2/ sore.  Diperkirakan ada sekitar 600 warga negara Australia yang terjebak di Wuhan, China.

Pemerintah Australia telah bernegosiasi dengan pemerintah China untuk mengizinkan pesawat mendarat. Pesawat milik Qantas itu akan mengevakuasi mereka yang terjebak di pusat wabah.

Baca Juga

Pesawat Qantas 747 membawa tim yang terdiri atas 14 awak kabin dan empat pilot. Staf Qantas yang ditugaskan untuk penerbangan itu pun tidak ditunjuk, justru atas dasar pengajuan diri. Jumlah staf yang mengajukan diri pun melebihi jumlah posisi yang tersedia dalam penerbangan.

Dikutip dari The Guardian, tim penerbangan itu akan menuju Hong Kong, dan dilanjutkan ke Wuhan. Sedangkan, keberangkatan kembali dari Wuhan akan dilakukan pukul 02.00 waktu setempat untuk langsung menuju Darwin.

Setelah penerbangan itu mencapai landasan, warga yang dievakuasi akan diangkut ke Pulau Christmas untuk masa karantina 14 hari. Penerbangan tidak bisa langsung menuju pulau itu karena landasan pacu di pulau tidak cukup untuk 747.

Penumpang harus melalui pemeriksaan kesehatan sebelum naik, dan akan ada staf medis di kapal untuk membantu. Semua kru dan penumpang akan mengenakan masker bedah yang akan diganti setiap jam dan kru akan diberikan pembersih tangan.

CEO Qantas Alan Joyce berbicara di radio Triple M pada Jumat mengatakan, kru akan meletakkan makanan dan minuman di kursi sebelum penerbangan berangkat. Hal itu dilakukan untuk menghindari kontak langsung dengan penumpang. Pesawat juga menggunakan filter HEPA di AC-nya, dan pesawat akan dibersihkan setelah kembali ke Australia.

Awak pesawat tidak akan diminta untuk dikarantina setelah penerbangan. Kepala petugas medis Australia Prof Brendan Murphy mengatakan, langkah-langkah yang dilakukan untuk melindungi awak harus memadai untuk menghindari kebutuhan karantina. Pemerintah federal menanggung sebagian besar biaya penerbangan tersebut.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement