Senin 03 Feb 2020 02:02 WIB

Peneliti: 75 Ribu Orang di Wuhan Mungkin Terinfeksi Corona

Pemerintah China telah melakukan isolasi terhadap penduduk kota Wuhan

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nidia Zuraya
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1).
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Handout via REUTERS
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para ilmuwan di universitas Hong Kong menerbitkan hasil penelitian mereka terkait penyebaran wabah virus corona. Dalam jurnal medis yang dipublikasikan pada Sabtu (1/2) lalu, para ilmuwan ini memproyeksikan sebanyak 75.815 orang di Wuhan, China, mungkin telah terinfeksi virus corona.

Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang telah melakukan isolasi selama berminggu-minggu karena Pemerintah China tengah berupaya membendung penyebaran virus corona.

Baca Juga

Korban yang meninggal dunia melonjak dalam semalam dari 46 orang menjadi 259 orang, sedangkan jumlah kasus yang dikonfirmasi di China melonjak menjadi 11.791 kasus. Sementara, sekitar 12 negara lainnya telah melaporkan 137 kasus virus corona.

Dilansir South China Morning Post, Sabtu (1/2), kondisi tersebut membuat Pemerintah Amerika Serikat (AS) melarang masuk sebagian besar warganya yang mengunjungi China dalam dua minggu terakhir. Kebijakan ini dikritik pemerintah China.

Pelarangan kunjungan ke China juga dilakukan Australia pada Sabtu (1/2). Kemudian disusul oleh Jepang dan Singapura yang memberlakukan langkah serupa.

Amerika Serikat juga mengkarantina warga yang kembali dari China selama dua pekan. Langkah Washington itu diambil ketika kasus virus corona ketujuh dikonfirmasi di AS yang menjangkit seorang laki-laki di Bay Area Kalifornia.

Negara-negara lain, seperti Inggris, Korea Selatan, Singapura dan India, sedang mengevakuasi ratusan warga keluar dari Wuhan. Inggris menarik staf dari kedutaan dan konsulatnya di China.

"Jika situasinya semakin memburuk, kemampuan Kedutaan Besar Inggris dan Konsulat Inggris untuk memberikan bantuan kepada warga negara Inggris dari dalam China mungkin terbatas," kata pemerintah Inggris dalam sebuah pernyataan.

Penyebaran virus yang cepat dalam dua bulan mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakannya sebagai darurat kesehatan global pada Kamis lalu. WHO prihatin tentang penularan dari manusia ke manusia di luar China.

"Negara-negara harus bersiap-siap untuk kemungkinan impor untuk mengidentifikasi kasus sedini mungkin dan agar siap untuk pengendalian wabah domestik, jika itu terjadi," kata perwakilan WHO di Beijing, Gauden Galea.

Negara-negara miskin yang mungkin tidak diperlengkapi untuk menanggapi adalah keprihatinan khusus.

Pada Ahad (2/2) ini, pemerintah Indonesia juga mencabut sementara pemberian bebas visa kunjungan bagi warga negara China. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan, layanan visa on arrival bagi warga negara China yang berdomisili di China Daratan juga dihentikan untuk sementara waktu.

Kebijakan itu diterbitkan untuk mencegah penyebaran virus korona (2019-nCov) di Indonesia. "Untuk sementara dihentikan," ujar Retno di Bandara Halim Perdanakusuma, Ahad (2/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement