Rabu 05 Feb 2020 00:11 WIB

China Izinkan Pakar AS Terlibat Perangi Virus Corona

China mengizinkan pakar kesehatan masuk ke negaranya untuk memerangi Corona

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Gelombang pertama pasien positif virus Corona memasuki Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Hubei, China. Rumah Sakit darurat yang didirikan dalam waktu 10 hari ini dibuat khusus bagi korban virus Corona. China mengizinkan pakar kesehatan masuk ke negaranya untuk memerangi Corona. Ilustrasi.
Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
Gelombang pertama pasien positif virus Corona memasuki Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Hubei, China. Rumah Sakit darurat yang didirikan dalam waktu 10 hari ini dibuat khusus bagi korban virus Corona. China mengizinkan pakar kesehatan masuk ke negaranya untuk memerangi Corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah sepakat untuk mengizinkan pakar kesehatan Amerika Serikat (AS) masuk ke negara itu. Lampu hijau itu diberikan karena pakar tersebut bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membantu memerangi virus Corona.

Gedung Putih mengatakan China telah menerima tawarannya untuk menyambut pakar AS sebagai bagian dari misi WHO pada Senin (3/2). Pakar tersebut akan bergabung untuk mempelajari dan membantu memerangi virus yang muncul di ibu kota provinsi Hubei, Wuhan.

Baca Juga

Sebelum penerimaan itu, China menuduh AS menyebarkan ketakutan dengan menarik warganya keluar dan melakukan pembatasan perjalanan. Washington dinilai tanpa henti memproduksi dan menyebarkan kepanikan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan WHO telah menyarankan agar perdagangan dan pembatasan perjalanan tidak dibatasi.

"Justru negara-negara maju seperti Amerika Serikat dengan kapabilitas dan fasilitas pencegahan epidemi yang kuat yang telah memimpin dalam memaksakan pembatasan berlebihan yang bertentangan dengan rekomendasi WHO," kata Hua.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) membela langkah-langkah yang diambil oleh AS, termasuk menangguhkan masuknya warga negara asing yang telah mengunjungi China dalam 14 hari terakhir. Keputusan agresif itu dilakukan untuk mencegah ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Bahwa tindakan sekarang memiliki potensi terbesar untuk memperlambat hal ini. Itulah teorinya di sini," kata direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernafasan CDC Nancy Messonnier ketika mengungkapkan sudah ada sekitar 17 ribu kasus virus terjadi.

WHO mengatakan sedikitnya 151 kasus telah dikonfirmasi di 23 negara dan wilayah lain, termasuk Jepang, Thailand, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Di provinsi Hubei, TV pemerintah China melaporkan ada 2.345 kasus baru virus dan 64 kematian lainnya, menjadikan total kematian terkait virus di Hubei menjadi 414 pada Senin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement