REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Seorang pria yang menggunakan pisau menyerang petugas di barak polisi Prancis pada Senin (3/2) malam. Pejabat setempat menyatakan pelaku tersebut adalah seorang prajurit pelatihan.
"Sudah dikonfirmasi bahwa penyerang adalah seorang prajurit muda, dua bulan menjalani pelatihan awal dan saat ini dalam masa percobaan," tulis Menteri Angkatan Bersenjata Florence Parly di Twitter.
Penyerang di sebuah barak di Dieuze di Prancis timur melukai satu petugas di bagian tangan. Polisi menembak dan melukai pria itu dan sekarang telah berada di rumah sakit.
Laporan media Prancis menyatakan sesaat sebelum serangan itu, sebuah panggilan dilakukan kepada polisi dari seseorang yang mengatakan dia berada di angkatan bersenjata. Dia mengaku sedang mempersiapkan serangan di Dieuze atas nama ISIS.
"Dia tidak bertugas pada saat kejadian. Sekarang otoritas kehakiman untuk menyelidiki motivasi untuk serangan ini, yang saya kutuk," kata Parly.
Serangan pada Senin malam di barak kemungkinan akan kembali menimbulkan pertanyaan tentang cara Prancis menangani orang-orang radikal yang menyusup ke layanan keamanannya. Terlebih lagi Paris telah mengalami beberapa serangan langsung atas nama ISIS dalam beberapa tahun belakangan.
Pada Oktober tahun lalu, asisten teknologi informasi di markas besar kepolisian di pusat kota Paris Mickael Harpon mengamuk di dalam gedung. Peristiwa itu menewaskan empat orang sebelum dia akhirnya ditembak mati.
Harpon telah menunjukkan tanda-tanda radikalisasi sebelum serangan itu. Namun, tidak ada penyelidikan formal yang rilis dan dia tetap bisa mempertahankan pekerjaannya.
Pengeboman terkoordinasi dan penembakan pada November 2015 di teater Bataclan dan situs-situs lain di sekitar Paris menewaskan 130 orang. Peristiwa ini menjadi serangan paling mematikan di Prancis sejak Perang Dunia Kedua.