REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Singapura mengonfirmasi kasus pertama yang ditularkan secara lokal dari virus Corona baru, Selasa (4/1). Mereka adalah di antara enam kasus baru penyakit yang terdeteksi di negara itu. Satu warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga ikut terinfeksi karena sang majikan positif terpapar virus Corona baru.
Empat warga Singapura yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke China baru-baru ini dinyatakan positif terinfeksi virus Corona baru sehingga membuat lebih dari 20 ribu orang terpapar virus di seluruh dunia. Virus Corona baru atau 2019-nCoV telah merenggut nyawa lebih dari 420 orang sejak terdeteksi di Wuhan.
Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan salah satu pasien adalah pemandu wisata sekelompok wisatawan China, dua bekerja di sebuah toko yang dikunjungi. Sementara kasus keempat penularan lokal adalah pembantu rumah tangga dari salah satu kasus.
Grup wisata tiba di Singapura dari China pada 22 Januari dan pergi ke Malaysia dari 24 hingga 26 Januari. Mereka memasuki Singapura kembali melalui Woodlands Checkpoint pada pukul 03.00 di tanggal 27 Januari dan terbang dari Terminal 1 Bandara Changi pukul 06.00. Menunggu konfirmasi dari otoritas China, para pelancong berasal dari Guangxi dan setidaknya dua dari mereka telah dikonfirmasi dengan infeksi 2019-nCoV.
"Kementerian Kesehatan telah memulai pelacakan kontak untuk mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kontak dekat dengan kasus-kasus ini sehingga dapat memagari dan membatasi penyebaran lebih lanjut," kata Menteri Kesehatan Gan Kim Yong dikutip Channel News Asia, Selasa.
Dua kasus baru lainnya yang diumumkan oleh pihak berwenang adalah warga Singapura yang telah dievakuasi dari Wuhan. Jumlah total kasus di Singapura menjadi 24. Pihak berwenang tidak mengatakan apakah kasus baru tersebut adalah warga negara Singapura atau penduduk tetap.
Dua dari pasien yang tertular virus di sini adalah tenaga penjual di Yong Thai Hang, toko produk kesehatan yang terutama melayani wisatawan China. Mereka adalah kasus ke-19 dan ke-20 yang dilaporkan. Grup wisata China telah mengunjungi toko pada 23 Januari.
Kasus ke-19 adalah seorang wanita berusia 28 tahun yang dilaporkan menderita sakit tenggorokan dan demam pada 29 Januari. Dia pergi ke departemen darurat Rumah Sakit Tan Tock Seng pada 30 Januari dan dipulangkan setelah rontgen dada menemukan dia tidak menderita pneumonia. Dia tinggal di rumah dari 31 Januari hingga Ahad sebelum dirawat di Rumah Sakit Umum Singapura (SGH) pada Senin.
Kasus ke-20 adalah seorang wanita berusia 48 tahun yang tinggal di Hougang Street 61. Dia melaporkan gejala pada 25 Januari dan dirawat pada Senin di National Center for Infectious Diseases (NCID). Informasi tentang gerakannya antara 25 Januari dan Senin tidak tersedia.
Seorang pembantu dari warga di kasus ke-19 adalah seorang warga negara Indonesia berusia 44 tahun. Dia dinyatakan sebagai kasus ke-21 yang terdeteksi. Dia melaporkan timbulnya gejala pada Ahad dan tidak meninggalkan rumahnya sampai dia dirawat di SGH pada hari berikutnya.
Pemandu wisata yang membawa grup wisata ke Yong Thai Hang adalah kasus ke-24. Warga Singapura berusia 32 tahun itu tidak menunjukkan gejala ketika dia pergi ke NCID.
Kasus 22 dan 23 adalah di antara 92 orang yang dievakuasi dari Wuhan pada 30 Januari. Keduanya tidak memiliki gejala ketika mereka naik ke Singapura. Mereka ditempatkan di bawah karantina di Singapura dan dinyatakan positif pada Senin meskipun tidak menunjukkan gejala. Mereka kini berada di ruang isolasi di NCID.
Pihak berwenang mengatakan bahwa empat kasus penularan lokal bukan merupakan bukti penyebaran masyarakat. Sebab kontak mereka dapat ditelusuri kembali ke para pelancong baru-baru ini dari China dan beberapa memiliki hubungan dekat satu sama lain.
Menkes Gan menjelaskan tentang perbedaan antara klaster transmisi lokal dan penyebaran komunitas. Menurutnya, perbedaan utama adalah bahwa untuk klaster ini pihaknya dapat mengidentifikasi semua sumber yang terlibat. Sumbernya adalah sekelompok turis daratan China. Pihaknya pun memiliki nama dari mereka yang terindikasi pasien yang jatuh sakit.
"Karena itu kita dapat mengidentifikasi sumber spesifik. Jika kita dapat melakukan ringfence pada kluster khusus ini, kita dapat mengontrol penyebaran. Karena itu kami katakan itu adalah transmisi lokal terbatas," ujar Gan.
Kendati demikian, jika ada banyak kluster dan pemerintah tidak dapat menentukan sumbernya, saat itulah akan diberi label transmisi masyarakat luas. "Ketika itu terjadi, kami akan pindah ke Dorscon (kondisi Dors) Oranye. Hari ini, kita masih dalam kondisi Kuning," jelasnya.