Rabu 05 Feb 2020 08:35 WIB

WNI Tertular Virus Corona di Singapura

Penularan terjadi karena dia adalah ART dari penderita yang terkena virus corona.

Gelombang pertama pasien positif virus Corona memasuki Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Hubei, China. Rumah Sakit darurat yang didirikan dalam waktu 10 hari ini dibuat khusus bagi korban virus Corona.
Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
Gelombang pertama pasien positif virus Corona memasuki Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Hubei, China. Rumah Sakit darurat yang didirikan dalam waktu 10 hari ini dibuat khusus bagi korban virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengungkapkan terdapat satu warga Indonesia yang tertular virus corona pada Selasa (4/2). Penularan yang dialami seorang berusia 44 tahun, yang merupakan pekerja tenaga wanita itu, menjadi kasus yang ke-22 ditemukan di Singapura.

Perempuan tersebut melaporkan timbulnya gejala pada Ahad (2/2). Dia pun memutuskan untuk tidak meninggalkan rumahnya sama sekali sampai mendapatkan perawatan di Singapore General Hospital (SGH) pada hari berikutnya.

Baca Juga

Setelah melakukan pengecekan, dia positif menderita virus tersebut. Penularan terjadi karena dia adalah asisten rumah tangga dari penderita yang terkena virus tersebut.

Kedutaan Besar RI (KBRI) Singapura mengonfirmasi kabar penularan terhadap satu WNI di Singapura itu. "WNI tersebut tidak memiliki riwayat bepergian ke Cina, tetapi merupakan pekerja rumah tangga dari warga negara Singapura yang juga sebelumnya telah ditetapkan positif virus corona," demikian pernyataan resmi KBRI Singapura yamg diterima Republika, Selasa.

KBRI Singapura telah menerima konfirmasi lisan dari MOH. Meski demikian, dikarenakan berpegang pada undang-undang perlindungan data pribadi Singapura, identitas WNI tersebut belum dapat disampaikan. "KBRI Singapura terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang terkait penanganan hal tersebut," tambah pernyataan tersebut.

Direktur Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Kenneth Mak menyatakan, kasus pada asisten rumah tangga ini terjadi sebab pengaturan tertutup di dalam rumah. "Kami masih terus melakukan pelacakan kontak dan kami akan terus waspada untuk lebih banyak kasus," ujarnya dikutip dari Channel News Asia, kemarin.

Penularan terhadap WNI tersebut merupakan serangkaian dari empat kasus pertama penularan 2019-nCoV secara lokal di Singapura. Mereka di antara enam kasus baru penyakit yang terdeteksi di negara itu.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan, salah satu pasien adalah pemandu wisata sekelompok wisatawan Cina yang bekerja di sebuah toko yang dikunjungi. Grup wisata tiba di Singapura dari Cina pada 22 Januari dan pergi ke Malaysia dari 24 hingga 26 Januari. Mereka memasuki Singapura kembali melalui Woodlands Checkpoint pada pukul 03.00 pagi waktu setempat pada 27 Januari dan terbang dari Terminal 1 Bandara Changi pukul 06.00 pagi.

Menunggu konfirmasi dari otoritas Cina, para pelancong berasal dari Guangxi, dan setidaknya dua dari mereka telah dikonfirmasi dengan infeksi 2019-nCoV. "Kementerian Kesehatan telah memulai pelacakan kontak untuk mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kontak dekat dengan kasus-kasus ini sehingga dapat memagari dan membatasi penyebaran lebih lanjut," kata Gan Kim Yong.

Sementara, dua kasus baru lainnya yang diumumkan oleh pihak berwenang adalah warga Singapura yang telah dievakuasi dari Wuhan. Jumlah total kasus di Singapura menjadi 24. Pihak berwenang tidak mengatakan apakah kasus baru tersebut adalah warga negara Singapura atau penduduk tetap.

Dua dari pasien yang tertular virus di sini adalah tenaga penjual di Yong Thai Hang, toko produk kesehatan yang terutama melayani wisatawan Cina. Mereka adalah kasus ke-19 dan ke-20 yang dilaporkan. Grup wisata Cina telah mengunjungi toko tersebut, antara lain, pada 23 Januari.

Kasus ke-19, seorang wanita berusia 28 tahun dilaporkan menderita sakit tenggorokan dan demam pada 29 Januari. Dia pergi ke departemen darurat Rumah Sakit Tan Tock Seng pada 30 Januari dan dipulangkan setelah melakukan rontgen dada di mana hasilnya dia tidak menderita pneumonia. Dia tinggal di rumah dari 31 Januari hingga Ahad sebelum dirawat di SGH pada Senin.

Kasus ke-20 adalah seorang wanita berusia 48 tahun yang tinggal di Hougang Street 61. Dia melaporkan gejala pada 25 Januari dan dirawat pada Senin di National Center for Infectious Diseases (NCID). Informasi tentang gerakannya antara 25 Januari dan Senin tidak disediakan.

Seorang asisten rumah tangga dari warga pada kasus ke-19 adalah seorang warga negara Indonesia berusia 44 tahun. Dia dinyatakan sebagai kasus yang terdeksi ke-21. Dia melaporkan timbulnya gejala pada Ahad dan tidak meninggalkan rumahnya sampai dia dirawat di SGH pada hari berikutnya.

Pemandu wisata yang membawa grup wisata ke Yong Thai Hang adalah kasus ke-24. Warga Singapura berusia 32 tahun itu tidak menunjukkan gejala ketika dia pergi ke NCID. Kasus 22 dan 23 adalah di antara 92 orang yang dievakuasi dari Wuhan pada 30 Januari dan keduanya tidak memiliki gejala ketika mereka naik ke Singapura.

Mereka ditempatkan di bawah karantina di Singapura dan dinyatakan positif pada Senin meskipun tidak menunjukkan gejala. Mereka kini berada di ruang isolasi di NCID.

Pihak berwenang mengatakan bahwa empat kasus penularan lokal bukan merupakan bukti penyebaran masyarakat. Sebab, kontak mereka dapat ditelusuri kembali ke para pelancong baru-baru ini dari Cina dan beberapa memiliki hubungan dekat satu sama lain.

Menkes Gan menjelaskan tentang perbedaan antara klaster transmisi lokal dan penyebaran komunitas. Menurut dia, perbedaan utama adalah bahwa untuk klaster ini, pihaknya dapat mengidentifikasi semua sumber yang terlibat. Sumbernya adalah sekelompok turis daratan Tiongkok. Pihaknya pun memiliki nama dari mereka yang terindikasi pasien yang jatuh sakit.

"Karena itu, kita dapat mengidentifikasi sumber spesifik. Jika kita dapat melakukan ringfence pada klaster khusus ini, kita dapat mengontrol penyebaran. Karena itu, kami katakan itu adalah transmisi lokal terbatas," ujar Gan.

Kendati demikian, jika ada banyak klaster dan pemerintah tidak dapat menentukan sumbernya, saat itulah akan diberi label transmisi masyarakat luas. "Ketika itu terjadi, kami akan pindah ke Dorscon (kondisi Dors) Oranye. Hari ini, kita masih dalam kondisi Kuning," kata dia. n dwina agustin/fergi nadira, ed: fitriyan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement