Rabu 05 Feb 2020 09:56 WIB

WHO Enggan Terapkan Larangan Perjalanan untuk China

Di Hong Kong seorang pria meninggal usai mengunjungi kota Wuhan Januari lalu.

Red:
.
.

Walau kasus virus corona sudah memakan korban paling sedikit 425 orang tewas dan menulari lebih dari 20 ribu orang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih enggan mendukung larangan perjalanan dan perdagangan dengan China diterapkan.

Penyebaran Virus Corona

Pendapat WHO ini muncul di saat Hong Kong melaporkan kematian pertama akibat virus corona hari Selasa, sehingga ini adalah kematian kedua luar China, setelah kasus kematian pertama terjadi di Filipina.

Baca Juga

Di Hong Kong seorang pria berusia 39 tahun meninggal setelah dia mengunjungi kota Wuhan bulan Januari lalu.

Dalam penjelasan teknis hari Rabu (5/2/2020) seorang pejabat WHO Oliver Morgan mengatakan sejauh ini sudah ada 27 kasus penyebaran virus corona antar manusia yang terjadi di sembilan negara.

Salah seorang diantaranya adalah seorang TKI asal Indonesia yang tinggal di Singapura yang mendapat penularan dari majikannya yang sebelumnya mengunjungi Wuhan.

"Ini sudah menjadi peristiwa yang berlangsung sangat cepat," katanya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menegaskan kebijakan organisasi tersebut sejauh ini untuk tidak menerapkan larangan perjalanan atau perdagangan dengan China dengan mengatakan tindakan itu akan menciptakan 'ketakutan dan stigma'.

Warga boleh saja merasa khawatir, katanya, namun tidak ada alasan 'untuk takut dan panik".

Maskapai penerbangan internasional, termasuk Qantas di Australia telah menghentikan atau mengurangi penerbangan ke kota-kota besar di China.

Hari Sabtu, Qantas mengumumkan akan menghentikan penerbangan ke Daratan China dari tanggal 9 Februari sampai 29 Maret 2020.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga mengumumkan bahwa Australia sudah meningkatkan peringatan perjalanan ke tingkat 4 - yaitu jangan bepergian - ke seluruh kawasan Daratan China.

Sudah 42 negara yang secara resmi melaporkan pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan China karena merebaknya virus corona, namun Dirjen WHO Dr Ghebreyesus mengatakan larangan itu harus dilakukan untuk jangka pendek, terbatas dan dikaji lagi secara teratur.

Maskapai Penerbangan Hong Kong Cathay Pacific hari Selasa (4/2/2020) mengatakan akan mengurangi kapasitas penerbangan sebesar 30 persen untuk masa dua bulan ke depan, termasuk 90 persen penerbangan ke daratan utama China.

 

684 orang sembuh

Sementara itu China mengatakan akan menyambut baik tawaran bantuan dari Amerika Serikat guna memerangi penyebaran virus corona, sehari setelah menuduh Washington 'menakut-nakuti' dunia.

Dutabesar China untuk PBB di Jenewa Chen Xu mengatakan negerinya sudah menerapkan 'tindakan ketat' untuk menghentikan penyebaran virus tersebut dan mendesak negara lain untuk tidak bereaksi berlebihan.

Kota Wuhan dan provinsi Hubei masih dianggap sebagai pusat penyebaran dan sudah ditutup guna menghentikan penyebaran.

Pejabat WHO mengatakan ada 684 orang yang sembuh setelah terkena virus tersebut namun memperingatkan bahwa jumlah dan persentase korban bisa berubah-ubah.

Binatang yang menjadi sumber awal virus tersebut belum berhasil didentifikasi.

Menurut WHO, saat ini sedikitnya sudah ada 176 kasus di 24 negara dan kawasan, selain China.

Thailand memiliki kasus paling banyak di luar China, dengan 25 kasus, disusul Singapura dengan 24 kasus.

Kawasan Macau yang berada di bawah kekuasaan China dan dikenal sebagai pusat perjudian terbesar di dunia telah meminta pihak pengelola kasino untuk berhenti beroperasi selama dua minggu guna mencegah penyebaran virus.

Ribuan petugas kesehatan di Hong Kong melanjutkan pemogokan di hari kedua mendesak perbatasan dengan China ditutup sepenuhnya.

Jepang telah memulai melakukan pemeriksaan terhadap 3700 penumpang dan awak yang berada di sebuah kapal pesiar yang menjalani karantina, sementara perusahaan otomotif Korea Selatan Hyundai Motor telah menghentikan produksi di Korea Selatan karena penyebaran virus corona ini membuat pengiriman suku cadang dari China terganggu.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Reuters/ABC

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement