Rabu 05 Feb 2020 14:30 WIB

Erdogan Telepon Putin Soal Bentrokan Terbaru di Idlib

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon mengenai bentrokan terbaru antara dua pihak di Idlib. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon mengenai bentrokan terbaru antara dua pihak di Idlib. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon mengenai bentrokan terbaru antara dua pihak di Idlib, Suriah pada Selasa (4/2) waktu setempat. Erdogan menegaskan kepada Putin bahwa serangan baru-baru ini oleh rezim Suriah terhadap pasukan Turki di Idlib telah merusak upaya bersama untuk perdamaian di negara itu

Dikutip laman Anadolu Agency, dalam teleponnya dengan Putin, Erdogan menggarisbawahi bahwa Turki akan terus menggunakan haknya untuk membela diri terhadap serangan serupa. Hal itu disampaikan menurut sebuah pernyataan oleh Direktorat Komunikasi Turki.

Baca Juga

Pada Senin kemarin, delapan militer Turki termasuk pekerja kontraktor sipil tewas dalam serangan yang digencarkan oleh pasukan Suriah yang didukung Rusia. Turki kemudian melakukan serangan balasan yang menewaskan puluhan pasukan pemerintah Suriah.

Turki dan Rusia sepakat pada September 2018 untuk mengubah Idlib menjadi zona deeskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. Namun rezim Suriah dan sekutunya, secara konsisten telah melanggar ketentuan-ketentuan gencatan senjata, termasuk gencatan senjata baru 12 Januari.

Mereka kerap meluncurkan serangan di dalam zona dan menewaskan sedikitnya 1.300 warga sipil sejak perjanjian. Selain itu, dalam sambungan telepon kedua pemimpin juga membahas perkembangan terbaru di Libya. Namun, Direktorat Komunikasi Turki tidak mengelaborasi lebih jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement