Kamis 06 Feb 2020 00:48 WIB

Ibu Negara Lesotho Diduga Bunuh Mantan Istri Suaminya

Ibu Negara Lesotho dikwa pembunuhan berencana dan mendekam di penjara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Ibu negara Lesotho, Maesaiah Thabane
Foto: wikiglobal
Ibu negara Lesotho, Maesaiah Thabane

REPUBLIKA.CO.ID, MASERU -- Maesaiah Thabane yang merupakan istri dari Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane, didakwa atas kasus pembunuhan terhadap mantan istri suaminya pada 2017. Maesaiah yang melarikan diri pada 10 Januari, menyerahkan diri ke polisi di ibukota Maseru, Selasa (4/2) sore.

Polisi mengatakan, Maesaiah selama ini bersembunyi di Afrika Selatan. Dia dijemput di perbatasan Afrika Selatan, setelah dilakukan pengaturan antara polisi dan pengacaranya. Wakil Komisaris Polisi, Mokete Paseka mengatakan, Maesaiah akan mendekam di penjara dan dibawa ke pengadilan.

Baca Juga

"Dia telah didakwa atas tuduhan perencanaan pembunuhan bersama delapan orang lainnya di Lesotho dan Afrika Selatan," ujar Paseka, dilansir Aljazirah.

Paseka menyatakan, polisi memiliki bukti kuat terhadap Maesaiah. Surat perintah penangkapan untuk ibu negara dikeluarkan pada hari dia melarikan diri dari Lesotho. Dia menolak hadir ke kantor polisi untuk diinterogasi sehubungan kasus pembunuhan itu.

Pembunuhan terhadap mantan istri Thomas Thabane, Lipolelo terjadi dua hari sebelum dia dilantik sebagai perdana menteri untuk masa jabatan kedua pada 2017. Dua tahun setelahnya, pengadilan memutuskan bahwa Lipolelo adalah ibu negara yang sah. Thomas menikah dengan Maesaiah, dua bulan setelah kematian Lipolelo.

Dua minggu lalu, polisi menginterogasi perdana menteri menyusul dugaan penggunaan ponselnya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di lokasi pembunuhan. Pembunuhan Lipolelo mengejutkan warga Lesotho yang memiliki sejarah panjang kekacauan politik.

Anggota senior partai penguasa, All Basotho Convention (ABC) menuduh perdana menteri menghambat penyelidikan atas pembunuhan itu. Bulan lalu, ratusan pendukung oposisi berbaris di jalan-jalan di ibukota Maseru ketika perdana menteri diinterogasi oleh polisi. Mereka menuntut perdana menteri segera mundur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement