REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian Arab Saudi melaporkan adanya wabah virus flu burung H5N8. Saudi pun tak akan mengimpor unggas untuk kebutuhan negaranya sementara waktu.
Dilansir dari Saudi Gazzete, Kamis (6/2), patogen itu berawal dari peternakan unggas di Riyadh. Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian, Dr. Abdullah Abal Khail menegaskan, tim darurat pengendalian wabah langsung dikerahkan untuk menangani langkah preventif.
Sejauh ini wabah yang terjadi di sekitar pusat Riyadh, tepatnya di Sudair, telah menyebabkan kematian sekitar 22.700 unggas.
Jumlah tersebut juga ditegaskan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan laporan kementerian. Lebih jauh, sebanyak 385.300 unggas lainnya, dilaporkan langsung disembelih terkait itu.
Kasus tersebut merupakan yang pertama. Utamanya sejak virus H5N8 di Arab Saudi yang telah terjadi pada Juli 2018 lalu.
Abal Khail yang mengutip sumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, tipe H5N8, merupakan jenis wabah yang tidak menular ke manusia. Melainkan, hanya menyebar ke sesama hewan.
Namun demikian, pihaknya meminta agar para peternak unggas tetap waspada dan berhati-hati. Ia juga menekankan agar langkah pencegahan dilakukan ketika berurusan dengan unggas tersebut.
Tak berhenti di situ, pihaknya juga memperingatkan masyarakat setempat untuk tidak berburu unggas atau burung.
Wabah yang menyerang unggas itu diketahui telah didaftarkan ke Kerajaan Saudi pada akhir 2017 lalu. Dalam pelaksanaannya, ditegaskan bahwa wabah itu tak menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat.