REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan pemimpin-pemimpin lokal wilayah Gaza sebelum pemilihan umum pada 2 Maret mendatang. Ada kemungkinan Israel akan melancarkan operasi militer intensif di daerah warga Palestina.
Dilansir dari the Times of Israel pada Kamis (6/2), di hadapan dewan kepala daerah Netanyahu mengatakan Israel memaksimalkan upaya untuk memastikan keamanan di wilayah itu. Militer Israel siap menggelar operasi bila Palestina terus meluncurkan roket dan perangkat peledak di selatan Israel.
Pernyataan ini Netanyahu ungkapkan satu pekan sejak serangan roket, mortar, dan puluhan perangkat ledak balon yang diluncurkan oleh Hamas dari Gaza ke arah selatan Israel. Tapi situs berita Ynet melaporkan Netanyahu hanya bertemu kepala daerah yang juga anggota partai Likud. Pertemuan ini memicu protes dari mereka yang tidak diajak dalam pertemuan tersebut.
Pada September Netanyahu juga memberikan peringatan yang sama. Saat itu ia mengatakan perang dapat terjadi sebelum pemilihan umum digelar pada bulan itu.
Ancaman itu dikatakan setelah Netanyahu terpaksa lari dari sebuah panggung saat berkampanye di selatan Israel karena ada serangan roket. Kejadian ini kembali terulang pada Desember ketika perdana menteri itu terpaksa keluar dari sebuah permukiman sementara.
Pada Rabu (5/2) Netanyahu dan rival politiknya dari Blue and White, Benny Gantz, saling lempar serangan tentang ketegangan di Gaza. Netanyahu mengatakan Gantz 'manis tapi bukan pemimpin'. Padahal Gantz seorang mantan kepala staf gabungan yang bekerja untuk Netanyahu dalam perang Gaza 2014.
"Saya sarankan Netanyahu menerapkan dulu kedaulatan Israel di wilayah perbatasan Netivot, Sderot, dan Gaza," kata Gantz menyerang balik.
Gantz menyinggung tentang janji perdana menteri dalam kampanyenya untuk mencaplok Tepi Barat. Janji itu menyulut kemarahan dan pembakaran di kota-kota sebelah selatan.
Militer Israel juga sudah mengumumkan telah mengurangi area memancing di Gaza sampai sepertiganya. Alasan pembatasan ini karena serangan roket dan pembakaran masih berlangsung.
"Menindaklanjuti konsultasi keamanan, sudah diputuskan pada Rabu ini untuk membatasi zona memancing di Jalur Gaza dari 15 mil menjadi 10 mil, mulai dari pukul 16.00 sampai pemberitahuan selanjutnya," kata kantor perwakilan Israel untuk Palestina (COGAT).
COGAT mengatakan Israel menyatakan Hamas adalah kelompok yang bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut. Hamas adalah kelompok yang menguasai Jalur Gaza secara de facto.
Israel memang rutin membatasi zona pemancingan Gaza dalam menanggapi aktivitas serangan di jalur itu. Beberapa kelompok hak asasi manusia mengecamnya sebagai hukuman kolektif. Pada Desember lalu militer Israel juga membatasi zona pemancingan. Pembatasan itu dilakukan setelah ada serangan roket dari Jalur Gaza.
Dalam salah satu serangan pada pekan lalu seorang bayi Israel yang baru berusia tiga pekan terluka serius. Sang ibu tidak sengaja menjatuhkan bayinya karena ada bom di permukiman mereka. Dalam menanggapi serangan yang sudah menghantam seluruh ruang terbuka di selatan Israel itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang kantong-kantong Hamas di Jalur Gaza.
Pejabat pertahanan Israel yakin Hamas yang melakukan serangan itu atau sengaja membiarkan serangan tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel. Tujuannya agar mereka memiliki daya tawar lebih tinggi dalam negosiasi gencatan senjata.
Ketegangan antara Israel dan Gaza terus meningkat dalam dua pekan terakhir. Padahal beberapa bulan sebelumnya sempat tenang. Ada kekhawatiran kekerasan di Gaza dan Tepi Barat semakin meningkat. Terutama setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana perdamaian yang sangat berpihak pada Israel pekan lalu.
Hal ini terbukti tiga orang Palestina tewas dan satu lusin prajurit Israel terluka dalam gelombang kekerasan terbaru. Pada Kamis pagi seorang warga Palestina menabrakkan mobilnya ke sekelompok pasukan Israel.
Militer Israel mengatakan peristiwa ini melukai 12 orang. Pejabat rumah sakit Palestina mengatakan dua orang warga Palestina tewas bentrok dengan pasukan Israel di Tepi Barat.
Polisi Israel mengatakan petugas mereka menembak mati seorang warga Palestina yang melepaskan tembakan ke arah pasukan Israel di Kota tua Yerusalem. Peristiwa itu hanya melukai seorang petugas.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan satu dari 12 pasukan yang terluka mengalami luka serius sementara yang lainnya hanya luka ringan. Juru bicara kepolisian Israel Micky Rosenfeld mengatakan peristiwa di Yerusalem dianggap sebagai 'serangan teror'.