REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hari itu, Selasa (4/2) Lanying Guo memilih untuk mulai bekerja setelah hampir satu pekan beristirahat. Guo membuka kembali restoran pangsit kecilnya di sebuah gang di Beijing.
Ia sebagaimana penduduk lainnya telah disarankan tetap tinggal di dalam rumah untuk meminimalkan penyebaran virus Corona. Namun Guo mengaku tidak akan memiliki uang apabila tidak membuka restorannya.
Pada hari itu harusnya banyak orang sudah kembali bekerja setelah libur tahun baru Imlek. Tapi gang itu tetap sepi dari lalu lalang orang.
Pemerintah China telah memperpanjang libur tahun baru Imlek dan mengimbau karyawan untuk bekerja dari rumah demi mengendalikan dan meminimalkan penyebaran virus. Mereka diminta kembali bekerja pada 10 Februari 2020.
"Untuk lebih memastikan penahanan wabah virus Corona, semua karyawan tidak termasuk personel penting yang mendukung layanan pemerintah, diharapkan kembali bekerja pada 10 Februari," ujar Pemerintah Kota Beijing dilansir Aljazeera, Jumat (7/2).
Artinya, restoran Guo akan sepi dari pengunjung lebih lama. "Aku benar-benar belum mendapatkan uang selama hampir dua pekan ini dan aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan," katanya seraya menangis. "Aku juga ingin hidup," ungkap Guo.
Guo mengaku memiliki penyakit gagal ginjal stadium akhir. Guo telah menjalani pemeriksaan rutin di rumah sakit selama empat tahun.
Guo adalah seorang janda tanpa anak. Dia harus sepenuhnya mandiri. Tapi tanpa pemasukan dari usaha pangsitnya, GUO mengaku tidak bisa membayar untuk kunjungannya ke dokter. ArtiNya, ia tidak bisa lagi hidup lama.
Hal senada juga dialami oleh seorang pekerja informal Jun Xiang. Jun Xiang seorang pekerja kontruksi pembangunan Greenland Wuhan. Namun karena wabah virus tersebut, Xiang tidak lagi dapat bekerja di Wuhan.
Virus Corona sangat berdampak besar terhadap ekonomi Cina. Tetapi bagi seorang pekerja informal seperti Xiang, hilangnya pendapatan jauh lebih dahsyat daripada terkena virus.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), 54,5 persen pekerja China seperti kurir dan pekerja konstruksi dipekerjakan di sektor informal sedangkan yang lain adalah wiraswasta. Tanpa pendapatan yang stabil atau asuransi kontrak, para pekerja ini adalah yang pertama terkena dampak kemerosotan ekonomi.
"Ada pergulatan terus-menerus antara memaksimalkan upaya penanggulangan wabah dan meminimalkan dampak ekonomi apapun tindakan yang akan kita lakukan terhadap ekonomi makro dan kehidupan masyarakat biasa," kata profesor ekonomi di Universitas Pusat Cina, Shao'an Huang.
Kepada seorang pekerja seperti Jun Xiang, upaya pemerintah menahan penyebaran virus sangat berdampak kepada keluarganya. Xiang tidak dapat kembali bekerja di wuhan sebagai tenaga kontruksi karena Wuhan yang telah diisolasi. Xiang dipenuhi rasa kekhawatiran karena tidak memiliki cukup uang untuk tetap memberikan keluarganya makan dan anaknya tetap sekolah.
"Aku bekerja membangun Greenland Center Wuhan. Pekerja konstruksi sepertiku biasanya dibayar berdasarkan jam atau dari hari ke hari. Jika mereka tidak bekerja, mereka tidak dibayar," ujar Xiang.
"Jujur, jika aku bisa kembali ke Wuhan aku akan melakukannya, karena anakku perlu pergi ke sekolah," katanya sambil menghela nafas. "Tidak ada yang akan mempekerjakan aku di sini, di Hunan. Mereka semua melihat kita sebagai virus," ujarnya lagi.
Guo dan Xiang hanyalah dua dari ratusan juta orang yang hidup dengan margin ekonomi di China. Para analis telah mengusulkan agar pihak berwenang memberikan subsidi kepada kelompok berpenghasilan rendah seperti Guo dan Xiang. Serta memberikan makanan untuk mereka yang harus tinggal di dalam rumah saat dikarantina.
"Pemerintah harus memastikan kelompok berpenghasilan rendah dan orang-orang yang menganggur bisa tetap stabil tanpa terkena dampak wabah," kata Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi Hengda Universitas Tsinghua, Hongze Ren.
"Ini juga tanggung jawab pemerintah untuk mempersiapkan kemungkinan ketidakstabilan sosial sebagai akibat dari kesulitan ekonomi," sambungnya.
Menurut data terbaru yang dikeluarkan oleh Biro Statistik China, pendapatan rata-rata masyarakat China adalah 22.832 Yuan pada 2019. Tetapi lebih dari 60 persen populasi memiliki penghasilan kurang dari 22.832 yuan.
Ren mengatakan tidak peduli bagaimana pemerintah berencana untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada kelompok rentan, namun hal ini juga perlu ada tindakan cepat. Karena jumlah korban di Cina yang terinfeksi Corona terus meningkat, orang-orang pekerja seperti Guo dan Xiang mungkin merasa sulit untuk mematuhi perintah pemerintah untuk tinggal di dalam rumah.
"Orang-orang mengatakan bahwa aku tidak bertanggung jawab jika tidak tinggal di rumah, aku paham," kata Guo.
"Tapi mungkin mereka tidak mengerti apa arti uang bagiku. Buatku uang adalah kehidupan," ujar Xiang.