REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Angka kesembuhan wabah penyakit pneumonia yang diakibatkan oleh paparan virus korona baru (2019-nCoV) di Cina disebut mencapai angka 1.020 orang. Jumlah kesembuhan itu juga telah melampaui jumlah kematian akibat virus tersebut.
Menurut Data Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC) yang diterima Antara pada Kamis pagi, angka kesembuhan itu jauh melampaui angka kematian yang telah melampaui 500 orang. Meskipun demikian, masih ada 3.219 orang lagi yang saat ini dalam kondisi kritis setelah terinfeksi 2019-nCoV.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying menyampaikan terima kasih kepada negara sahabat, termasuk Indonesia yang telah membantu menanggulangi virus mematikan itu. "Sejauh ini, ada 21 negara yang telah membantu kami, yakni Korea Selatan, Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Kazakhstan, Pakistan, Jerman, Inggris, Prancis, Hungaria, Belarusia, Turki, Iran, Uni Emirat Arab, Aljazair, Mesir, Australia, Selandia Baru, Trinidad and Tobago, dan UNICEF," kata diplomat perempuan itu.
Ia menyampaikan terima kasih atas berbagai jenis bantuan yang dikirimkan negara-negara tersebut. "Sumbangan itu bentuk belas kasih sayang mereka kepada kami yang sangat mendalam. Antarteman saling membutuhkan. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua," ujar dia.
Sebelumnya, Indonesia telah mengirimkan beberapa masker dan alat kesehatan lainnya kepada Cina. Bantuan itu ada yang dikirimkan melalui pesawat Garuda Indonesia ke Beijing dan ada pula yang dibawa langsung pesawat Batik Air saat menjemput 238 warga negara Indonesia dari lokasi episentrum wabah 2019-nCoV, Wuhan, Provinsi Hubei, Sabtu (1/2).
Sementara itu, hingga kemarin, total kematian akibat virus korona baru di Cina mencapai 563 jiwa. Provinsi Hubei masih menyumbang kematian tertinggi per harinya yakni sebanyak 73 kematian. Komisi Kesehatan Hubei juga mengonfirmasi 3.649 kasus baru.
Sehingga, secara nasional kasus orang yang terinfeksi virus korona baru mencapai 28.018 orang. Epidemi yang telah berubah menjadi darurat kesehatan global, diyakini telah muncul pada Desember dari pasar yang menjual hewan liar di ibu kota Hubei, Wuhan.
Hu Lishan, seorang pejabat di Wuhan memperingatkan bahwa meskipun membangun rumah sakit dari awal dan mengubah bangunan umum untuk menampung ribuan pasien tambahan, masih ada kekurangan tempat tidur pasien di wilayah tersebut. "Ada juga kekurangan peralatan dan bahan," katanya seperti dilansir Channel News Asia.
Para pejabat berusaha untuk mengubah hotel dan sekolah lain di kota menjadi pusat perawatan. Pihak berwenang di beberapa kota lain di Cina telah membatasi jumlah orang yang diizinkan meninggalkan rumah mereka. Kekhawatiran global juga meningkat tentang virus ini dengan kasus yang dikonfirmasi di lebih dari 20 negara.
Indonesia disorot
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Indonesia harus lebih mempersiapkan kemungkinan masuknya wabah virus korona. Meski negara dengan 270 juta penduduk ini belum melaporkan satu pun kasus infeksi, pengawasan, deteksi virus, dan fasilitas kesehatan untuk penanganan harus dipersiapkan secara matang.
Dilansir Sydney Morning Herald pada Rabu (5/2), seorang warga Australia yang tinggal di Bali telah didiagnosis menderita pneumonia. Namun, ia mengkritik prosedur yang dilakukan otoritas kesehatan setempat dalam pemeriksaan serta penanganan penyakit yang dideritanya.
Perwakilan WHO di Indonesia, Navaratnasamy Paranietharan, yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, mengatakan, Indonesia telah mengambil langkah konkret untuk mencegah wabah virus korona. Termasuk di antaranya penyaringan di perbatasan internasional dan menyiapkan rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani kasus-kasus potensial. “Indonesia sedang melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah virus korona baru,” ujar Paranietharan.
Namun, ia menggarisbawahi masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan Indonesia di bidang pengawasan dan deteksi kasus aktif. Persiapan fasilitas kesehatan yang ditunjuk sepenuhnya dengan pencegahan infeksi yang memadai dan langkah-langkah pengendalian untuk dapat mengatasi beban pasien yang berat dari dugaan atau konfirmasi kasus jika terjadi wabah.
"Ketersediaan alat tes khusus untuk mengonfirmasi nCoV (Novel coronavirus) pekan ini adalah peningkatan yang signifikan dalam arah yang benar,” kata Paranietharan. Pekan lalu, Indonesia dilaporkan belum menerima alat tes khusus yang diperlukan untuk dengan cepat mendeteksi jenis baru virus korona.
Sebaliknya, otoritas medis mengandalkan tes pan-coronavirus yang secara positif dapat mengidentifikasi semua virus dalam keluarga korona (termasuk flu biasa, SARS, dan MERS) pada seseorang. Pengurutan gen kemudian diperlukan untuk secara positif mengonfirmasi kasus virus korona baru, yang juga dikenal sebagai coronavirus Wuhan dan seluruh proses dapat memakan waktu hingga lima hari.
“WHO prihatin Indonesia belum melaporkan satu pun kasus yang dikonfirmasi di negara berpenduduk hampir 270 juta orang ini. Namun, kami diyakinkan oleh otoritas terkait bahwa pengujian laboratorium telah bekerja dengan baik," kata Paranietharan. n fergi nadira/puti almas/antara, ed: fitriyan zamzami