REPUBLIKA.CO.ID, UIGHUR -- Muslim dengan kerabat 'yang dipenjara di kamp konsentrasi China' mengatakan mereka hidup dalam ketakutan bahwa pemerintah China akan menyalahkan kematian orang yang mereka cintai di coronavirus.
Lebih dari satu juta warga Uighur dikatakan ditahan tanpa pengadilan atau dakwaan di pusat-pusat penahanan di Xinjiang, barat laut China dalam upaya yang dimaksudkan untuk 'mengekang populasi Muslim di negara itu'.
Pemerintah China bersikeras bahwa kamp-kamp itu dirancang untuk 'mendidik kembali dan memerangi ekstremisme' dan pada bulan Desember seorang pejabat senior mengklaim semua yang ditahan telah 'lulus', dilansir di Metro.co.uk, Jumat (7/2).
Tetapi para aktivis mengatakan tidak ada bukti yang dapat dipercaya untuk mendukung hal ini. Para pelarian telah menuduh bahwa para tahanan disana secara sistematis diperkosa, diperkosa secara fisik dan mental dan secara eksperimental dibius.
Dengan pihak berwenang mengkonfirmasi bahwa virus corona sekarang telah menyebar ke wilayah Xinjiang, keluarga tahanan sangat prihatin dengan dugaan kondisi yang terlalu penuh dan kebersihan yang buruk di kamp-kamp dapat menyebabkan epidemi. Tetapi mereka juga takut pemerintah dapat menggunakan virus corona sebagai penutup masalah di kamp.
Bahram K Sintash mengatakan dia tidak tahu apakah ayahnya, jurnalis Qurban Mamut, hidup atau mati setelah dia dipenjara di salah satu kamp pada tahun 2018. Aktivis Uighur, yang tinggal di Washington DC ini, belum berbicara dengan keluarganya selama dua tahun setelah pemerintah China memutuskan semua komunikasi.
Dia mengatakan bahwa ia sering terbangun dalam banjir air mata setelah mengalami mimpi buruk tentang ayahnya yang dipukuli oleh penjaga. Tetapi ketakutannya telah berkembang baru-baru ini dengan penyebaran virus corona, yang telah menewaskan 490 orang dan menginfeksi lebih dari 24 ribu.
"Saya khawatir mereka menggunakannya untuk membenarkan kejahatan mereka di sana. Media internasional perlu lebih memperhatikan kamp konsentrasi. Begitu banyak media melaporkan tentang virus corona tetapi mereka lupa tentang Uighur," kata Sintash.
Mereka yang telah melarikan diri dari pusat penahanan telah melaporkan kondisi yang tidak manusiawi, dengan 20 orang per kamar 16 meter persegi dan ember toilet bersama dikosongkan sekali sehari.