Jumat 07 Feb 2020 12:10 WIB

Pasukan Israel Tembak Mati Empat Pemuda Palestina

Dalam 24 jam terakhir ada empat warga Palestina terbunuh oleh tembakan Israel

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Militer Israel berpatroli mengawasi warga Palestina. Dalam 24 jam terakhir ada empat warga Palestina terbunuh oleh tembakan Israel. Ilustrasi.
Foto: www.ibtimes.co.uk
Militer Israel berpatroli mengawasi warga Palestina. Dalam 24 jam terakhir ada empat warga Palestina terbunuh oleh tembakan Israel. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Jumlah warga Palestina yang terbunuh oleh tembakan dari pasukan militer Israel dalam 24 jam terakhir dari Rabu (5/2) hingga Kamis (6/2) waktu setempat, meningkat menjadi setidaknya empat orang. Sementara belasan orang lainnya terluka.

Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah terpisah Tepi Barat yang diduduki. Pasukan Israel pada Kamis (6/2) waktu setempat menembak mati dua warga Palestina. Itu terjadi selama demonstrasi menentang pembongkaran sebuah rumah Palestina di Jenin.

Baca Juga

Menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA yang dikutip Aljazirah, salah satu dari mereka yang tewas adalah seorang siswa 19 tahun bernama Yazan Abu Tabekh. Korban terbunuh kedua diidentifikasi oleh polisi Palestina bernama Tareq Badwan.

Militer Israel mengatakan tembakan tersebut bertujuan untuk menghancurkan rumah Ahmad Qanba, seorang warga Palestina yang dituduh membantu sel Hamas di Tepi Barat. Dari situ, bentrokan besar tak terelakkan antara pasukan Israel dan pemuda Palestina.

Saksi mata mengatakan para pemuda Palestina melemparkan batu ke pasukan Israel. Militer menyatakan pasukannya mengidentifikasi sejumlah teroris bersenjata yang melemparkan bom molotov dan menembak ke arah pasukan Israel. "Pasukan menanggapi dengan cara penyebaran kerusuhan," kata pernyataan militer.

Koresponden Aljazirah yang menyiarkan langsung dari Ramallah, Nida Ibrahim, mengatakan rekaman pengawasan menunjukkan bahwa petugas polisi tidak berpartisipasi dalam kekerasan. "Tampaknya dia hanya melihat dan tidak melakukan apa-apa," kata Ibrahim.

Korban jiwa juga muncul Kamis, di mana seorang warga negara Palestina Israel ditembak mati setelah menembaki polisi Israel di Kota Tua Yerusalem. Pada Rabu malam lalu, pasukan Israel menembak mati seorang remaja bernama Mohammed al-Haddad (17 tahun) dalam bentrokan di Hebron.

Secara terpisah, militer Israel mengatakan seorang pengendara Palestina pada Kamis pagi menabrakkan mobilnya ke sekelompok pasukan Israel. Peristiwa ini melukai 12 orang, termasuk satu dalam kondisi serius sebelum pengendara itu melarikan diri dari tempat kejadian.

Ibrahim melaporkan bahwa pasukan Israel menyerang beberapa kota dan desa di Tepi Barat yang diduduki untuk mencari pengendara yang melarikan diri itu. "Di lebih dari satu lokasi, konfrontasi telah meletus antara Palestina dan tentara Israel, sumber-sumber medis mengatakan kepada kami ada 80 warga Palestina yang terluka," katanya.

Dilaporkan dari Yerusalem, koresponden Aljazirah Harry Fawcett mengatakan tentara Israel mengirim satu batalion tempur dengan hampir 1.000 pasukan tambahan ke Tepi Barat. "Tampaknya pasukan keamanan Israel sedang bersiap-siap untuk potensi kekerasan yang lebih besar dalam beberapa hari mendatang," kata Fawcett.

Meningkatnya bentrokan Israel dan Palestina terjadi di tengah ketegangan yang meningkat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkam rencana perdamaian Timur Tengah pekan lalu. Rencana Trump menurut para kritikus sangat menguntungkan Israel dan ditolak oleh Palestina.

Rencana itu menimbulkan kekhawatiran akan pertempuran lanjutan dalam konflik yang telah berlangsung beberapa dasawarsa. Rencana yang dinamai "kesepakatan abad ini" akan memungkinkan Israel untuk mencaplok semua permukiman dan sebagian besar Tepi Barat yang diduduki yang pada gilirannya memicu seruan dari kaum nasionalis Israel untuk segera melakukannya. 

Sebagai imbalannya, rencana itu akan memberikan otonomi terbatas kepada warga Palestina di kantong-kantong yang tersebar yang dikelilingi oleh Israel. Tetapi hanya jika mereka memenuhi kondisi yang hampir mustahil. Berbicara kepada WAFA Kamis pagi, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan rencana Trump telah menciptakan lingkungan yang penuh ketegangan dan eskalasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement