Sabtu 08 Feb 2020 10:18 WIB

China Selidiki Kematian Dokter Pengungkap Wabah Corona

Dokter Li sebelumnya telah memperingatkan tentang wabah corona, namun ditegur.

Seorang petugas kesehatan berpakaian pelindung mengumpulkan sampel dari pasien suspect terpapar virus korona di hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, senin(3/2).
Foto: Chinatopix via AP Photo
Seorang petugas kesehatan berpakaian pelindung mengumpulkan sampel dari pasien suspect terpapar virus korona di hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, senin(3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Komisi Pengawas Nasional China (NSC) mengirimkan tim ke Wuhan, Provinsi Hubei untuk melakukan investigasi terkait kematian Li Wenliang yang pertama kali mengungkapkan berjangkitnya wabah virus corona. Keputusan tersebut telah disetujui oleh Komite Sentral Partai Komunis China (CPC), Jumat (7/2).

Nyawa Li, seorang dokter mata di Rumah Sakit Umum Pusat Wuhan, tidak tertolong pada Jumat dini hari setelah terinfeksi 2019-nCoV, meskipun para dokter telah bersusah payah menyelamatkannya. "Di tengah peperangan menghadapi epidemi pneumonia akibat virus corona tipe baru, dokter ahli mata kami terinfeksi. Dia meninggal dunia setelah semua upaya menyelamatkannya tidak menemui hasil. Kami sangat berduka cita," demikian pernyataan resmi RSUP Wuhan yang diunggah di akun Weibo.

Baca Juga

Dokter berusia 34 tahun itu sebelumnya telah mengingatkan rekan-rekannya mengenai penyakit tersebut setelah mendapati beberapa pasien yang mengalami gejala mirip SARS yang mewabah di China pada 2003. Melalui grup Wechat, Li mengingatkan agar rekan-rekannya mengenakan pakaian khusus agar tidak tertular wabah baru.

"Infeksi virus corona tipe baru sudah terkonfirmasi dan jenisnya sedang diidentifikasi. Beri tahu semua keluarga dan kerabat agar waspada," demikian pesan Li di grup Wechat yang beranggotakan bekas teman sekolahnya pada 30 Desember 2019, seperti dikutip Caixin.

Namun peringatan tersebut berbuntut pemanggilan Li dan delapan rekannya oleh pihak kepolisian Wuhan pada 3 Januari 2020 karena dianggap menyebarkan isu yang bisa menimbulkan kegaduhan. Pada saat itu pula Biro Kesehatan Kota Wuhan menyatakan tidak ada bukti virus tersebut dapat ditularkan antarmanusia.

Belakangan virus tersebut justru menular dari individu ke individu. Pemerintah pusat kemudian mengambil serangkaian kebijakan, salah satunya dengan memblokade Kota Wuhan dan beberapa kota lainnya di Provinsi Hubei.

Setelah menandatangani surat teguran, Li kembali bekerja. Setelah menerima pasien yang terinfeksi virus jenis baru itu, Li mengalami batuk pada 10 Januari 2020 yang kemudian demam pada hari berikutnya. Lalu dia dirawat di rumah sakit pada 12 Januari 2020 dan dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Global Times melaporkan istri Li yang sedang hamil dalam kondisi tidak sehat. Komisi Kesehatan China (NHC) dan Pemkot Wuhan menyampaikan duka cita yang mendalam kepada Li.

"Dia pahlawan abadi," komentar seorang warganet yang ditimpali warganet China lainnya dengan menuliskan, "Dia masih muda, tidak seharusnya terjadi padanya."

Tanda pagar #LiWenlianghasPassedAway menjadi topik yang hangat di Weibo dan mencapai hingga 10 miliar. "Yang saya tahu dia telah mengungkapkan kebenaran yang tidak pernah berani dilakukan oleh orang lain," kata Wu Yan, dokter yang bekerja di poliklinik yang sama dengan Li, seperti dikutip South China Morning Post.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement