REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dan Qatar dilaporkan telah melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan krisis Teluk yang berlangsung sejak Juni 2017. Namun, pembicaraan tersebut gagal tak lama setelah dimulai.
Sumber-sumber diplomat yang mengetahui pembicaraan itu mengungkapkan pembicaraan Saudi dan Qatar berlangsung pada Desember tahun lalu, yakni saat KTT Dewan Kerja Sama Teluk digelar di Riyadh. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani diketahui tak menghadiri KTT tersebut.
Saat melakukan pembicaraan dengan Saudi, perwakilan Qatar meminta agar boikot dan embargo terhadap mereka dicabut. Hal itu berarti memberikan kembali kebebasan bergerak bagi warganya dan memulihkan akses ke wilayah udara negara-negara pemboikot. Doha pun menginginkan agar perbatasan daratnya dengan Saudi dibuka.
Sebelum memenuhi tuntutan tersebut, Saudi terlebih dulu meminta Qatar menunjukkan perubahan mendasar dalam perilakunya, khususnya dalam kebijakan luar negerinya. Riyadh menginginkan adanya pengaturan baru dengan Doha. "Itu bukan permulaan untuk Qatar karena ada begitu banyak perselisihan kebijakan luar negeri," kata seorang diplomat, dilaporkan Reuters, Selasa (11/2).
Namun, pembicaraan berlangsung alot. Menurut dua sumber diplomat negara Teluk, Saudi mengakhiri pembicaraan tak lama setelah ia dimulai. "Qatar tampak tidak serius," kata salah satu diplomat.
Krisis Teluk telah berlangsung sejak Juni 2017. Hal itu bermula saat Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir menuding Qatar mendukung kegiatan terorisme dan ekstremisme di kawasan. Doha dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Kendati telah menyanggah, Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA tetap memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Keempat negara itu juga memboikot dan memblokade seluruh akses ke Doha.
Saudi dan sekutunya kemudian mengajukan 12 tuntutan kepada Qatar. Jika menginginkan boikot dan blokade dicabut, Qatar harus memenuhi semua tuntutan tersebut. Saudi dan sekutunya antara lain meminta Qatar menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah. Doha juga diminta menutup pangkalan militer Turki di negaranya.
Qatar menolak untuk memenuhi semua tuntutan tersebut karena dianggap tak masuk akal. Akibat sikap tersebut, Qatar terkucil hingga kini.