REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela mengumumkan membuat pasukan keamanan yang melibatkan sipil masuk dalam bagian militer. Kelompok ini menjadi kekuatan baru bagi Presiden Nicolas Maduro untuk menjaga kekuasaan.
Milisi ini berdiri sebagai cabang dari angkatan bersenjata bersama tentara, angkatan laut, angkatan udara, dan penjaga nasional. Maduro pada Januari mengatakan milisi memiliki 3,7 juta anggota, dibandingkan dengan sekitar 150 ribu anggota aktif dari cabang lain.
Tapi perubahan tersebut tampaknya tidak memiliki dampak praktis yang signifikan. Sebab, milisi telah ada sejak 2008 dan para anggotanya tidak memiliki pelatihan profesional yang sama dengan anggota aktif dari komponen angkatan bersenjata utama.
"Mengorganisir, memperlengkapi, melatih, dan mengindoktrinasi orang-orang untuk berkontribusi pada keamanan negara," demikian menurut pernyataan resmi Lembaran Negara menjelaskan memasukan kelompok sipil dalam militer dikutip dari Aljazirah.
Militer sangat penting dalam memungkinkan Maduro mempertahankan kekuasaan. Pasukan telah berpartisipasi dalam penumpasan kekerasan dari protes oposisi dan intelijen militer telah aktif dalam menumpas potensi pemberontakan.
Milisi yang dibentuk oleh mendiang pemimpin sosialis Hugo Chavez sebagai bagian dari reorganisasi luas angkatan bersenjata, telah memainkan peran yang secara signifikan. Anggotanya sering terlihat bekerja sebagai penjaga keamanan di kantor-kantor pemerintah seperti rumah sakit atau stasiun metro dan sering muncul di rapat umum pemerintah.
Maduro mengatakan milisi adalah elemen penting dari keamanan negara dalam menghadapi potensi agresi oleh Amerika Serikat (AS). Negara itu yang telah memberlakukan program sanksi luas terhadap pemerintahnya dalam upaya untuk memaksanya menanggalkan kekuasaan.
"Milisi adalah sayap rakyat dan angkatan bersenjata yang populer dan bersenjata," kata Maduro dalam pidatonya di bulan Januari.