Rabu 12 Feb 2020 18:20 WIB

Cerita Karantina Corona oleh Penumpang Kapal Pesiar Diamond Princess di Jepang

Kapal pesiar Diamond Princess di Pelabuhan Yokohama, Jepang, telah dikarantina selama seminggu. Kasus infeksi virus corona di kapal ini pun bertambah. DW mewawancarai seorang penumpang yang dikarantina di dalam kapal.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/Xinhua/Du Xiaoyi
picture-alliance/Xinhua/Du Xiaoyi

Senin (10/02), otoritas kesehatan Jepang melaporkan lebih dari 60 kasus virus corona baru di kapal pesiar Diamond Princess. Kapal pesiar ini telah dikarantina di Pelabuhan Yokohama, dekat Tokyo, sejak pekan lalu.

Laporan ini menambah jumlah total kasus infeksi virus corona di kapal tersebut menjadi lebih dari 130 kasus. Di hari yang sama, Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato menyatakan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan pemeriksaan terhadap 3.711 penumpang dan seluruh kru kapal di dalam kapal pesiar tersebut.

Baca Juga

Jika benar akan dilakukan pemeriksaan, maka seluruh penumpang dan kru kapal diharuskan untuk tetap tinggal di dalam kapal sampai hasil tes pemeriksaan keluar. Kapal pesiar itu diperkirakan akan tetap berada di dalam karantina sampai 19 Februari mendatang.

DW berkesempatan mewawancarai seorang penumpang di Kapal Pesiar Diamond Princess tersebut untuk mengetahui seperti apa kehidupan karantina yang ia jalani di dalam kapal.

DW: Bagaimana situasi terkini di dalam kapal Diamond Princess?

Cheryl Molesky: Aktivitas kami dibatasi hanya di dalam kamar saja. Setiap hari kami diijinkan untuk keluar kamar selama 90 menit, namun kami kebanyakan memilih untuk tetap berada di dalam kamar. Makanan akan selalu diantarkan ke kamar kami pada waktu tertentu setiap harinya.

Bagaimana gambaran suasana karantina di dalam kapal?

Saya melihat orang-orang gelisah. Tetangga kami di seberang lorong pernah mengatakan di awal karantina bahwa mereka lapar karena makanan tidak diantarkan tepat waktu. Pria yang tinggal di sebelah kamar kami juga menderita diabetes, dia khawatir tentang pengobatannya. Orang-orang di sini berusaha untuk tetap semangat.

Orang-orang diminta untuk meninggalkan kabin mereka dengan tertib dan menjaga jarak 2 meter dengan orang lain. Kami harus memakai masker dan sarung tangan. Ketika tiba waktunya untuk keluar kabin, kapten kapal akan selalu mengumumkan protokol tersebut berulang-ulang.

Apa yang disampaikan kepada para penumpang setelah wabah ini muncul?

Kami tiba di Yokohama lebih awal dari yang direncanakan, dan saat itu mereka memberi tahu bahwa kami akan melewati bea cukai lebih cepat. Kami tidak mendapatkan banyak informasi, kecuali tentang ada satu pria sakit yang turun di Hong Kong.

Kami kemudian diperiksa oleh otoritas Jepang, dan ternyata itulah mengapa kami tiba lebih awal di Yokohama: agar mereka dapat memeriksa kami.

Petugas dari Jepang kemudian memberikan kuesioner kepada kami untuk diisi. Mereka juga mewawancarai semua penumpang dan mengukur suhu tubuh mereka.

Apakah petugas memberikan persediaan medis seperti masker dan disinfektan kepada penumpang?

Mereka memberi kami sarung tangan karet, masker reguler, masker medis dan sebuah termometer. Kami juga mendapat lap dan deterjen. Sejak karantina dimulai, rasanya seperti dikurung, tetapi kami punya balkon di kamar kami sehingga ada sedikit ruang untuk berolahraga. Tetapi orang-orang yang tinggal di kamar bagian dalam kapal tidak terkena sinar matahari, dan mereka tidak ada ruang untuk sekedar meregangkan tubuh dan berolahraga.

Sebenarnya ini tidak terlalu sulit bagi kami, namun kami khawatir tentang ketersediaan obat dan kemungkinan apakah kami akan sakit atau tidak. Meski begitu, kapten kapal banyak membuat pengumuman setiap hari, dan kami merasa mereka sangat jujur dan terbuka tentang perkembangan terakhir disini.

Apa pendapat kamu tentang wabah virus corona ini?

Kamu gila kalau tidak melakukan pencegahan ataupun berhati-hati terkait wabah virus corona. Namun, saya juga berpikir bahwa kita tidak bisa menjalani hidup ini dalam ketakutan.

Saya harus jujur mengatakan bahwa pengalaman karantina ini berjalan lebih baik dari yang dibayangkan. Kami menerima banyak sekali bantuan dari pemerintah Jepang dan juga operator pelayaran.

Kami seharusnya pergi berlibur ke Jepang. Tapi sekarang kami tidak tahu apakah masih akan bisa berlibur setelah karantina selesai, atau justru harus segera pulang. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selama sembilan hari sisa karantina. (gtp/pkp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement