Kamis 13 Feb 2020 03:10 WIB

Jumlah Kasus Infeksi Covid-19 di Provinsi Hubei Menurun

Masih terlalu dini untuk menyimpulkan infeksi Covid-19 bisa berakhir pada April.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, Senin (3/2). Masih terlalu dini untuk menyimpulkan infeksi Covid-19 bisa berakhir pada April, meski angka kasusnya mulai menurun di Provinsi Hubei.
Foto: Chinatopix via AP Photo
Hotel yang digunakan sebagai tempat isolasi warga di Wuhan, Hubei, China, Senin (3/2). Masih terlalu dini untuk menyimpulkan infeksi Covid-19 bisa berakhir pada April, meski angka kasusnya mulai menurun di Provinsi Hubei.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN — Jumlah kasus virus corona tipe baru, Covid-19, di Provinsi Hubei, China dilaporkan berada di angka terendah pada Rabu (12/2). Hal ini membuat penasihat kesehatan senior di negara itu, Zhong Nanshan, mengatakan bahwa dirinya semakin yakin bahwa wabah dapat berakhir pada April mendatang.

Meski demikian, banyak pakar internasional yang mengkhawatirkan penyebaran virus corona jenis baru tetap berlanjut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatlan bahwa virus ini dapat menimbulkan ancaman global yang berpotensi lebih buruk daripada terorisme.

Menanggapi prediksi Zhong, kepala petugas medis Australia, Brendan Murphy mengatakan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan kemungkinan wabah virus Covid-19 dapat berakhir dalam dua bulan ke depan. Ia menilai bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan hingga beberapa pekan mendatang, sebelum prediksi dibuat.

“Saya pikir masih terlalu dini untuk mengatakan itu. Harus melihat data dengan sangat cermat selama beberapa pekan mendatang sebelum membuat prediksi,” ujar Murphy kepada Australian Broadcasting Corp pada Rabu (12/2).

Saat ini, total kasus virus Covid-19 di Cina telah mencapai 44.653, termasuk di antaranya adalah 2.015 kasus baru yang dikonfrimasi pada Selasa (11/2). Sementara itu, ratusan kasus telah dilaporkan di puluhan negara dan wilayah lainnya di seluruh dunia.

Sejauh ini, virus Covid-19 telah menyebabkan lebih dari 1.000 kematian dengan 99 persen kasus terjadi di wilayah China daratan. Sementara itu, di luar wilayah tersebut ada dua kematian yang terjadi, yakni satu di Filipina dan satu di Hong Kong.

Dalam sebuah laporan dari kantor berita China, Xinhua, epidemi virus Covid-19 menjadi ujian besar bagi pemerintah Negeri Tirai Bambu dalam sistem dan kemampuan tata kelola mereka. Beberapa waktu lalu, seorang pejabat komisi kesehatan di Provinsi Hubei dari Partai Komunis diberhentikan menyusul kemarahan publik atas penanganan wabah virus oleh pemerintah setempat.

Sejak akhir Desember 2019, virus corona tipe baru terdeteksi pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei. Penyebaran virus secara global terjadi dengan kekhawatira terbesar bahwa penularan sesama manusia, di mana satu orang menyebarkan virus ke orang lain dan orang itu terus menularkannya.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa masa inkubasi virus corona atau yang telah dinamakan secara resmi oleh WHO sebagai Covid-19 dapat berlangsung selama 24 hari. Dilansir The Epoch Times, tim peneliti yang dipimpin oleh dokter ahli pernapasan China, Zhing Nanshan, menganalisis sekitar 1.100 pasien di 31 provinsi dan 552 rumah sakit.

Dari penelitian itu, ditemukan bahwa masa inkubasi rata-rata virus Covid-19 adalah tiga hari, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 5,2 hari. Namun, masa inkubasi maksimum diketahui adalah 24 hari, lebih lama dibandingkan prediksi sebelumnya yang menyebutkan selama 14 hari.

Para peneliti tidak bisa mengecualikan kemungkinan individu yang terinfeksi dapat menyebarkan ke lebih dari satu orang lainnya. Studi juga menemukan bukti lebih lanjut tentang penularan dari manusia ke manusia, yakni sekitar 160 orang, dengan 26 persen di antaranya adalah penduduk non-Wuhan dan tidak melakukan perjalanan ke kota tersebut, baru-baru ini sebelum tertular virus, serta tidak memiliki kontak dengan penduduk setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement