Kamis 13 Feb 2020 14:25 WIB

Warga China Depresi Hadapi Virus Corona

Layanan konseling China dibanjiri telepon warga yang depresi menghadapi virus corona.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Penanganan medis virus corona di China (Ilustrasi)
Foto: Ist
Penanganan medis virus corona di China (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ratusan layanan hotline telepon untuk konseling kesehatan mental terus berdering selama 24 jam di China dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah warga mulai merasa resah karena wabah virus corona yang tak kunjung usai.

Sebuah survei oleh Chinese Psychology Society yang diterbitkan media pemerintah pada pekan lalu menemukan bahwa, dari 18 ribu orang yang disurvei, sebanyak 42,6 persen tidak merasa cemas atau stres dengan wabah virus corona. Sementara, 5.000 orang dievaluasi untuk gangguan stres pasca trauma (PTSD). Dari jumlah tersebut, sebanyak 21,5 persen memiliki gejala PTSD.

Baca Juga

Layanan hotline tersebut adalah bagian dari respons tingkat pertama pemerintah untuk menangani dampak psikologis dari keadaan darurat kesehatan. Strategi itu pertama kali digunakan setelah gempa bumi di Sichuan pada 2008 yang menewaskan 87.150 orang.

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, lebih dari 300 hotline telah diluncurkan di seluruh negeri untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan mental terkait dengan virus corona. Layanan tersebut didukung oleh departemen psikologi universitas, layanan konseling, dan LSM.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Cina hanya memiliki 2,2 psikiater untuk setiap 100 ribu orang. Jumlah tersebut lima kali lebih sedikit daripada di Amerika Serikat (AS). Seorang psikolog yang berbasis di Shanghai, Cheng Qi, mengatakan, sebuah hotline nasional yang dijalankan oleh Beijing Normal University kewalahan menerima telepon dari warga setempat.

Cheng mengatakan, ada salah satu penelepon yang mengalami depresi kronis. Penelepon itu menyatakan bahwa dia memiliki keinginan untuk bunuh diri, karena dipicu oleh berita buruk terkait wabah virus corona.

"Ini bukan virus (yang menyebabkan depresi), tetapi virus yang merangsang itu (depresi)," ujar Cheng.

Sementara itu, seorang psikoterapis di Tsinghua University, Xu Wang yang bekerja dengan hotline resmi di kota Beijing mengatakan, ada tantangan besar bahwa banyak warga yang mengalami kecemasan akibat wabah virus corona. Penelepon sering kali memiliki masalah somatik.

"Penelepon sering memiliki masalah somatik, dan mungkin berkata, 'Saya tidak bisa makan dengan baik, tidak bisa tidur nyenyak, dan saya ingin tahu apakah itu infeksi virus,'" ujar Xu.

Layanan konseling kesehatan mental tidak hanya dibuka bagi warga saja. Sebuah kelompok sukarelawan yang terdiri dari 400 terapis bernama 'Yong Xin Kang Du' fokus membantu para staf medis yang bekerja keras di Wuhan.

Pemerintah belum lama ini mengeluarkan panduan untuk pihak-pihak yang ingin membuka layanan hotline telepon. Dalam panduan itu disebutkan, layanan hotline telepon harus bebas, rahasia, dikelola oleh sukarelawan dengan latar belakang profesional, dan diawasi oleh para ahli yang berpengalaman.

"Ada banyak saluran bantuan yang diprakarsai secara individu dan sulit untuk mendapatkan dukungan dan pengawasan yang konsisten," ujar seorang psikoterapis yang berbasis di Beijing, Sami Wong.

Wong khawatir, sukarelawan yang tidak terlatih dapat membuat penelpon semakin depresi. Menurutnya, pelatihan PTSD bukan sesuatu yang bisa dipelajari dalam satu malam. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement