REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Masyarakat minoritas Uighur China mengkhawatirkan risiko penyebaran virus corona tipe baru di kamp-kamp penahanan di Xinjiang yang diyakini menahan hingga satu juta orang. Meskipun, Xinjiang memang jauh dari pusat penyebaran virus, Provinsi Hubei.
Hingga kini, hanya 55 kasus terinfeksi virus corona yang telah dilaporkan di Xinjiang. Media resmi China mencatat, pasien pertama di sana sepenuhnya pulih dan telah meninggalkan rumah sakit.
"Orang-orang mulai panik. Keluarga kami ada di sana, berurusan dengan kamp dan virus, dan kami tidak tahu apakah mereka punya cukup makanan atau apakah mereka punya masker," ujar seorang sosiolog Prancis asal Uighur, Dilnur Reyhan seperti dikutip Guardian, Kamis (13/2).
Sebuah petisi yang diunggah di Change.org menampung tandatangan lebih dari 3.000 orang. Petisi itu menyerukan penutupan kamp untuk mengurangi ancaman yang ditimbulkan karena menahan begitu banyak orang dalam jarak dekat.
"Kita tidak harus menunggu sampai berita ratusan kematian terkait virus corona di kamp sebelum kita bereaksi," tulis petisi itu. "Karena China terus berjuang untuk menahan virus di Wuhan, kita dapat dengan mudah menganggap virus akan menyebar dengan cepat ke seluruh kamp dan mempengaruhi jutaan orang jika kita tidak meningkatkan alarm sekarang," petisi itu menambahkan.
Kampanye media sosial pun telah dimulai. Di bawah tagar seperti #VirusThreatInThecamps dan # WHO2Urumqi untuk mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirim delegasi ke Xinjiang. China dilaporkan telah menahan sekitar satu juta orang Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya di kamp-kamp pengasingan. Namun demikian, sedikit yang diketahui tentang kondisi di dalamnya.
Beijing menegaskan bahwa kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang diperlukan untuk memerangi terorisme. Otoritas regional di Xinjiang tidak bersedia menanggapi pertanyaan media tentang tindakan yang diambil untuk mencegah penyebaran virus di kamp.
World Uyghur Congress (WUC) (salah satu dari beberapa kelompok yang mewakili warga Uighur di luar hCina) sangat prihatin jika langkah-langkah tidak diambil untuk lebih membatasi penyebaran virus ini. Sebab virus dapat dengan cepat menginfeksi sejumlah besar orang di Xinjiang.
"Orang-orang ini berada di negara yang rentan dan melemah karena pelanggaran dan perlakuan buruk pemerintah China," kata presiden WUC, Dolkun Isa. Menurutnya, virus semakin memperparah penderitaan orang-orang Uighur, karena teman-teman dan keluarga sekarang berada dalam bahaya yang lebih besar.
Ahli imunologi Prancis Norbert Gualde pesimistis untuk mengatakan dengan tepat tentang kondisi Uighur dan tahanan lainnya tinggal di kamp-kamp China. "Ada alasan bagus untuk berpikir bahwa penahanan mereka identik dengan percampuran , tekanan dan ketakutan, semua keadaan yang mendukung penularan virus antara mereka yang diwajibkan untuk tetap dipenjara," katanya.
Hingga Kamis (13/2), angka kematian akibat virus korona tipe baru di China naik tajam menjadi 1.359. Sementara, hampir 15 ribu kasus baru dilaporkan. Angka-angka terbaru itu menjadikan jumlah total kasus yang dikonfirmasi hampir mendekati angka 60 ribu. Sebagian besar kasus berada di provinsi Hubei yang merupakan pusat wabah virus corona.