Jumat 14 Feb 2020 10:25 WIB

China Kecam Australia Perpanjang Larangan Perjalanan

Australia memperpanjang larangan perjalanan warga asing dari China selama sepekan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
China kecam Australia yang memperpanjang larangan perjalanan terkait virus corona
Foto: ABC News
China kecam Australia yang memperpanjang larangan perjalanan terkait virus corona

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah China mengecam Australia karena memperpanjang larangan perjalanan terhadap orang-orang yang pernah mengunjungi Negeri Tirai Bambu. Beijing menilai keputusan tersebut berlebihan.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berulang kali menekankan bahwa mereka tidak merekomendasikan pelarangan perjalanan dan perdagangan terhadap China. Kami mendesak Australia menghormati rekomendasi profesional WHO dan mencabut pembatasan sedini mungkin,” kata Kedutaan Besar China di Canberra dalam sebuah pernyataan, dikutip laman SBS News, Jumat (14/2).

Baca Juga

Australia memberlakukan larangan perjalanan selama dua pekan terhadap warga asing yang telah mengunjungi China. Larangan itu seharusnya berakhir pada Sabtu (15/2). Namun, Perdana Menteri Australia Scott Morrison memutuskan memperpanjangnya selama sepekan pada Kamis (13/2). Menurut dia, larangan perjalanan tersebut efektif dalam menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.

“Sore ini kami telah sepakat menerima rekomendasi untuk mempertahankan larangan pembatasan masuk pada warga negara asing dari Cina daratan selama sepekan lebih lanjut. Ini adalah sesuatu yang kami akan terus tinjau setiap pekan dan mempertimbangkan semua bukti medis setiap pekan,” kata Morrison, dikutip laman the Guardian.

Warga Australia dan penduduk tetap yang hendak pulang tidak dikenakan peraturan tersebut. Namun, mereka wajib melakukan isolasi atau karantina selama dua pekan setelah tiba di Australia. Australia menangani 15 kasus Covid-19. Sebanyak 14 kasus melibatkan warga yang datang dari Wuhan. Menurut Departemen Kesehatan Australia, lima pasien telah dinyatakan pulih. Covid-19 telah menyebabkan lebih dari 1.400 kematian di China daratan. Hingga kini Beijing masih menangani 60 ribuan kasus infeksi virus tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement