REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan, pemerintah telah mengirimkan tim kesehatan ke Jepang untuk menyiapkan pemulangan 78 WNI yang saat ini terkurung di kapal pesiar Diamond Princess di Pelabuhan Yokohama, Jepang. Tim kesehatan juga dikirim untuk mengantisipasi selesainya masa karantina karena wabah virus korona baru (Covid-19) yang akan berakhir pada 19 Februari nanti.
"Kita akan pantau terus. Tadi saya sudah bicara dengan Bapak Menteri Kesehatan (Terawan Agus Putranto) dan kita melihat ada baiknya dari tim Kementerian Kesehatan sudah berangkat ke Tokyo untuk mengantisipasi pada saat masa karantina selesai dan juga kita mengatur mereka pulang," ujar Retno di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (17/2).
Sebanyak 78 WNI yang merupakan awak kapal Diamond Princess ikut dikarantina bersama sekitar 2.700 penumpang lainnya sejak 4 Februari lalu. Karantina terpaksa dilakukan karena pada 1 Februari seorang warga Hong Kong yang turun dari kapal itu divonis positif tertular Covid-19. Sejak itu, hingga Ahad (16/2), sebanyak 356 penumpang kapal telah tertular Covid-19.
Masa observasi dan karantina itu akan berakhir pada Rabu (19/2) nanti. Sejauh ini, sejumlah negara, seperti Kanada, Korea Selatan, dan Italia, sudah menyiapkan evakuasi. Sedangkan, 400 warga Amerika Serikat sudah dievakuasi kemarin.
Setelah masa observasi berakhir, pengecekan terhadap seluruh penumpang akan dilakukan. Masa pengecekan tersebut diperkirakan akan dilakukan selama dua hari. Setelah itu, baru para WNI bakal diangkut ke Tanah Air.
Setibanya di Tanah Air, menurut Retno, pemerintah tak akan melakukan observasi lagi karena masa observasi ke-78 WNI tersebut telah dilakukan di kapal. "Berdasarkan informasi dari otoritas Jepang, maka mereka kembali sudah tak memerlukan masa observasi lagi karena masa observasi sudah dilaksanakan di kapal tersebut. Jadi, saya akan terus berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan," kata dia.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan, pemerintah masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium tahap akhir untuk memastikan seluruhnya benar-benar sehat. Begitu dinyatakan negatif virus korona seluruhnya, pemerintah akan berkoordinasi dengan Pemerintah Jepang untuk melakukan evakuasi.
"Kita tunggu hasil PCR-nya (polymerase chain reaction—Red). Kalau itu negatif, saya akan ke sana, mengecek dan menjemputnya. Tapi, saya koordinasi dulu diperkenankan tidak secara protokoler kenegaraan," kata Terawan di Kantor Staf Presiden, Senin (17/2).
Terawan menegaskan, pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap nasib 78 WNI di kapal Diamond Princess. Meski begitu, pemerintah tetap menjunjung hubungan baik antarnegara, khususnya dengan Jepang. Segala prosedur pemulangan akan dikoordinasikan dengan pemerintah setempat.
Sertifikasi kesehatan yang dirilis Pemerintah Jepang terhadap 78 WNI di Diamond Princess nantinya juga menjadi “tiket” bagi mereka untuk pulang ke Indonesia tanpa dilakukan observasi tambahan. "(Mereka) sampai saat ini sehat. Kami butuh sertifikasi, sehingga kalau di sini nanti sehat, ngapain diobservasi lagi? Sudah cukup kalau sehat," katanya.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto juga berjanji untuk menindaklanjuti semua masukan terkait penjemputan WNI di Diamond Princess. "Dicatat dan akan dijalankan," ujarnya singkat.
Pihak Kedutaan Besar RI (KBRI) Tokyo menyatakan masih terus memantau kondisi 78 awak kapal berwarga negara Indonesia di kapal pesiar Diamond Princess. Hingga Senin (17/2), mereka semua dalam keadaan sehat. "Kabar terakhir tadi pagi baik-baik," ujar Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Tokyo Eko Junor saat dihubungi Republika.
Eko mengatakan, rencana pemulangan selepas masa karantina pun masih harus dipikirkan dan dibicarakan kepada para awak kapal tersebut. "Pemulangan harus ditanya ke mereka sebagai awak kapal, yang pasti punya kontrak kerja. Mereka bukan penumpang ataupun tamu. Siapa tahu mereka ingin langsung bekerja lagi," ujar Eko menambahkan.
Hingga kini pun, KBRI Tokyo masih memantau kondisi jika para awak kapal yang bekerja di kapal pesiar bermuatan 3.600 penumpang itu, butuh pertolongan. Tiga hari lalu, pihak KBRI mengirimkan bantuan berupa makanan dan jamu tolak angin kepada 78 awak kapal WNI.
Dalam unggahannya di Twitter resmi KBRI Tokyo, beberapa awak kapal perwakilan dari 78 WNI tertangkap kamera sedang menyortir kiriman dari KBRI Tokyo untuk mereka semua. n dessy suciati saputri/sapto andika candra/fergi nadira, ed: fitriyan zamzami