REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Serangan pasukan Suriah dan Rusia ke Provinsi Idlib sejak Desember tahun lalu telah menyebabkan 900 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Mereka, termasuk di antaranya bayi dan balita, harus hidup dalam krisis di kamp bantuan.
"Krisis di barat laut Suriah telah mencapai tingkat baru yang mengerikan," kata kepala urusan kemanusiaan dan bantuan darurat PBB Mark Lowcock pada Senin (17/2), dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengungkapkan para pengungsi mengalami trauma. Mereka pun terpaksa tidur di luar kamp di tengah suhu dingin yang menusuk. Sebab kamp-kamp bantuan telah sesak oleh pengungsi lainnya. "Ibu membakar plastik untuk menjaga anak-anaknya tetap hangat. Bayi dan anak kecil sekarat karena kedinginan," ucap Lowcock.
Menurut dia, serangan yang dilancarkan ke barat laut Suriah memang tak pandang bulu. "Fasilitas kesehatan, sekolah, tempat tinggal, masjid, pasar, telah terhantam. Sekolah ditangguhkan, banyak fasilitas kesehatan ditutup. Ada risiko wabah penyakit serius," ujarnya.
"Kami sekarang menerima laporan bahwa permukiman untuk orang-orang terlantar turut terhantam, yang mengakibatkan kematian, cedera, dan perpindahan lebih lanjut," kata Lowcock menambahkan.
Idlib, termasuk sebagian dari Provinsi Aleppo yang bertetangga, adalah rumah bagi sekitar tiga juta orang. Setengah dari penduduk di sana telah mengungsi akibat gempuran serangan yang dilancarkan Suriah dan Rusia. Idlib adalah satu-satunya wilayah yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata Suriah.
Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menegaskan pemerintahannya bertekad menguasai kembali seluruh wilayah Suriah. "Rakyat Suriah bertekad untuk membebaskan semua wilayah Suriah," kata Assad setelah melangsungkan pertemuan dengan Ketua Parlemen Iran Ali Larijani pada Ahad (16/2), seperti dilaporkan kantor berita Suriah, Syrian Arab News Agency (SANA).
Menurut Assad, kelompok oposisi bersenjata di Idlib telah memanfaatkan penduduk sipil di sana untuk dijadikan perisai manusia. Tujuannya tak lain agar mereka dapat menghadapi dan menghentikan masuknya pasukan pemerintah ke wilayah tersebut.
Larijani menyatakan dukungan negaranya kepada Pemerintah Suriah dalam menghadapi pasukan oposisi bersenjata akan terus berlanjut. Selain Rusia, Iran diketahui telah menjadi sekutu penting pemerintahaan Assad dalam konflik di negara tersebut.