Selasa 18 Feb 2020 16:32 WIB

Sepi Wisatawan, Kyoto Promosikan Pariwisata Kosong

Virus corona telah menyebabkan penurunan jumlah wisatawan ke Jepang.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Salah satu atraksi wisata Fuil Fushimi Inari di Kyoto, Jepang.
Foto: EPA
Salah satu atraksi wisata Fuil Fushimi Inari di Kyoto, Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Wilayah bekas ibukota Jepang, Kyoto, biasanya dipadati wisatawan dari seluruh dunia. Namun, karena wabah corona yang membuat wilayah itu sepi, sekelompok pemilik toko telah meluncurkan kampanye 'pariwisata kosong' untuk menarik mereka kembali.

Pedagang dari lima jalan perbelanjaan di lingkungan Arashiyama di Kyoto telah menyusun kampanye iklan yang dijuluki 'Suitemasu Arashiyama'. Jika diterjemahkan, artinya menjadi 'Arashiyama kosong' atau 'hanya sedikit orang di Arashima'. Arashiyama merupakan distrik wisata populer di pinggiran barat kota Kyoto yang dipenuhi dengan kuil dan tempat pemujaan.

Dilansir CNN, Selasa (18/2) disebutkan, poster-poster yang dibuat untuk kampanye menunjukkan bagaimana calon turis dapat menikmati sendiri tempat yang paling banyak dikunjungi di distrik itu. Itu dilakukan dengan menunjukkan gambar dari empat lokasi wisata populer di Arashiyama. 

Satu poster menunjukkan seekor monyet dengan tulisan, "Sudah lama sejak ada lebih banyak monyet daripada manusia". Di bawahnya, ada foto Jembatan Togetsukyo yang biasanya ramai dengan Instagrammers, tanpa turis.

Yang lain membuat poster hutan bambu Arayshiyama yang indah disertai dengan beberapa tagar, termasuk #nopeople dan #nowisthetime.

Arashiyama telah mengalami banyak musim dingin yang dipenuhi oleh wisatawan yang sibuk selama beberapa tahun terakhir. Namun karena efek dari wabah corona, penduduk setempat melaporkan bahwa lingkungan tersebut memiliki lebih sedikit pengunjung pada tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2019.

Sebagai akibatnya, situs web pariwisata wilayah tersebut menyatakan bahwa penjaga toko siap menyambut pengunjung dengan keramahan yang bahkan lebih dari biasanya.

"Baru-baru ini wilayah kami mengalami banyak bencana, seperti angin topan, banjir dan virus corona. Kami harus tetap semangat," kata Shuichi Kato, juru bicara komunitas yang didedikasikan untuk mempromosikan pariwisata di Arashiyama.

Kyoto, yang memiliki 17 situs Warisan Dunia UNESCO, biasanya menerima ribuan wisatawan asing setiap hari. Seringkali, berita utama pariwisata dari Kyoto berfokus pada perilaku buruk. Misalnya, lingkungan bersejarah Gion menindak masalah yang berlangsung dengan wisatawan yang mengejar geisha dan mencoba untuk mengambil foto mereka tanpa izin.

Namun tahun ini, di tengah kekhawatiran wabah virus corona, tujuan populer Jepang telah mengalami penurunan dalam jumlah wisatawan. Bukan hanya Jepang yang terkena dampaknya, destinasi di seluruh Asia telah melaporkan berkurangnya populasi wisatawan dalam persentase dua digit sejak wabah dimulai.

Pada Januari, China mengumumkan larangan perjalanan kelompok keluar sebagai bagian dari perjuangannya untuk menghentikan penyebaran wabah corona yang telah menewaskan 1.873 orang dan menginfeksi lebih dari 73 ribu orang di seluruh dunia. Hal itu khususnya mempengaruhi Jepang, yang memiliki sekitar 9,6 juta pengunjung dari China pada 2019, sepertiga dari pengeluaran wisatawan asing di negara ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement