REPUBLIKA.CO.ID, MAKAU -- Makau, wilayah administrasi khusus di China akan kembali membuka bisnis dan usaha lainnya setelah ditangguhkan selama dua pekan karena wabah virus corona. Sebelumnya, tujuh hotel di kawasan itu menghentikan operasi sebagai akibat angka kunjungan yang rendah pasca epidemi terjadi di Negeri Tirai Bambu.
Sebanyak tujuh hotel tersebut adalah Four Seasons Hotel, St Regis Macao, Conrad Macao, Sofitel Macau at Ponte 16, Grand Harbour Hotel, Legend Palace Hotel dan Rocks Hotel. Otoritas Makau juga memerintahkan operasi kasino di wilayah itu dihentikan sementara selama 15 hari, yang berlangsung hingga Kamis (19/2) besok.
Terdapat kemungkinan perpanjangan larangan operasi tempat-tempat kasino dan bisnis lainnya, tergantung dari tingkat keparahan dan durasi dari wabah virus corona. Sejak epidemi ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, penyebaran telah mencapai Makau, dengan adanya tiga orang yang dilaporkan terinfeksi.
Namun, sejak 4 Februari belum ada kasus baru infeksi virus corona yang dilaporkan. Secara keseluruhan ada 10 kasus yang dikonfrimasi di wilayah administrasi khusus China tersebut dalam sebulan terakhir, sejak tes kesehatan dilakukan.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan jumlah kasus virus corona jenis baru atau dinamakan secara resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai COVID-19 telah mencapai 72.436 pada Selasa (18/2). Sementara, angka resmi kematian yang terjadi di wilayah daratan negara itu adalah 1.868.
Virus corona jenis baru diketahui menyebabkan gejala seperti pneumonia pada 14 persen orang-orang yang terinfeksi dan lima persen mengalami penyakit kritis. Kemudian, diketahui tingkat kematian dari kasus yang dikonfirmasi adalah 2,3 persen - 2,8 persen untuk pria dibandingkan 1,7 persen untuk perempuan.
Meski tingkat kematian dinilai lebih rendah dibandingkan SARS (sindrom pernapasan akut parah) dan MERS yang disebabkan virus corona, namun COVID-19 pada akhirnya bisa terbukti lebih mematikan dengan menyebar lebih banyak antar manusia. Seperti virus flu biasa yang memiliki tingkat kematian 0,1 persen, namun bisa membunuh ratusan ribu orang karena menginfeksi jutaan manusia setiap tahunnya.