Rabu 19 Feb 2020 10:17 WIB

Studi China Sebut 80 persen Kasus Corona Tergolong Ringan

Data dari CCDC menemukan bahwa lebih dari 80 persen kasus Corona tergolong ringan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19. Data dari CCDC menemukan bahwa lebih dari 80 persen kasus Corona tergolong ringan. Ilustrasi.
Foto: AP
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19. Data dari CCDC menemukan bahwa lebih dari 80 persen kasus Corona tergolong ringan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pejabat kesehatan di China telah menerbitkan rincian pertama lebih dari 44 ribu kasus virus corona Covid-19, dalam studi terbesar sejak wabah ini dimulai. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) menemukan bahwa lebih dari 80 persen kasusnya ringan. Orang sakit dan lansia adalah yang paling berisiko.

Penelitian ini juga menunjukkan risiko tinggi bagi staf medis. Seorang direktur rumah sakit di kota Wuhan meninggal karena virus itu pada Selasa (18/2). Liu Zhiming (51 tahun) adalah direktur Rumah Sakit Wuchang di Wuhan, salah satu rumah sakit terkemuka di pusat epidemi. Dia adalah salah satu pejabat kesehatan paling senior yang meninggal sejauh ini.

Baca Juga

Hubei, yang ibu kotanya adalah Wuhan, adalah provinsi yang terkena dampak terburuk di negara itu. Dilansir BBC pada Rabu (19/2), laporan oleh CCDC menunjukkan tingkat kematian provinsi adalah 2,9 persen dibandingkan dengan 0,4 persen di seluruh negara.

Temuan ini menempatkan tingkat kematian keseluruhan virus Covid-19 sebesar 2,3 persen. Angka resmi terbaru China yang dirilis pada Selasa menyebutkan angka kematian keseluruhan pada 1.868 dan 72.436 infeksi.

Pejabat melaporkan 98 kematian baru dan 1.886 kasus baru dalam satu hari terakhir. Sebanyak 93 dari kematian itu dan 1.807 infeksi terjadi di provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran. Lebih dari 12 ribu orang telah pulih menurut otoritas China.

Hasil studi oleh CCDC dirilis pada Senin dan diterbitkan dalam Chinese Journal of Epidemiology. Studi melihat lebih dari 44 ribu kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di China pada 11 Februari.

Sementara hasil sebagian besar mengonfirmasi deskripsi sebelumnya dari virus dan pola infeksi, penelitian ini mencakup rincian rinci dari 44.672 kasus yang dikonfirmasi di seluruh China. Ditemukan bahwa 80,9 persen infeksi diklasifikasikan sebagai ringan, 13,8 persen parah, dan hanya 4,7 persen kritis.

Jumlah kematian di antara mereka yang terinfeksi, yang dikenal sebagai tingkat kematian, tetap rendah. Akan tetapi risiko kematian meningkat di antara mereka yang berusia di atas 80 tahun.

Melihat rasio jenis kelamin, pria lebih cenderung meninggal (2,8 persen) daripada wanita (1,7 persen). Studi ini juga mengidentifikasi penyakit mana yang menempatkan pasien pada risiko. Studi menempatkan penyakit kardiovaskular di nomor satu, diikuti oleh diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan hipertensi.

Menunjuk risiko kepada staf medis, makalah itu mengatakan bahwa total 3.019 petugas kesehatan telah terinfeksi. Sebanyak 1.716 di antaranya adalah kasus yang dikonfirmasi. Lima meninggal pada 11 Februari yang merupakan hari terakhir dari data yang dimasukkan dalam penelitian.

Pada 13 Februari, China memperluas definisi tentang cara mendiagnosis orang. Termasuk kasus yang didiagnosis secara klinis yang sebelumnya dianggap terpisah dari kasus yang dikonfirmasi.

Makalah ini menemukan bahwa kurva epidemi timbulnya gejala memuncak sekitar 23-26 Januari sebelum menurun hingga 11 Februari. Ini menunjukkan bahwa tren penurunan dalam kurva epidemi keseluruhan dapat berarti bahwa isolasi seluruh kota, penyiaran informasi penting (misalnya, mempromosikan mencuci tangan, memakai masker, dan mencari perawatan) dengan frekuensi tinggi melalui berbagai saluran, dan mobilisasi suatu tim tanggapan cepat multi-sektor, telah membantu mengurangi epidemi.

Namun penulis studi juga memperingatkan bahwa banyaknya orang yang kembali dari liburan panjang, negara itu perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan bangkitnya kembali epidemi. Sebagai tanggapan terhadap virus tersebut, China telah mengunci Wuhan dan provinsi lainnya serta pembatasan perjalanan yang ketat pada pergerakan di seluruh negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement