REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Menteri Ekonomi Nasional Palestina Khaled Osseili dan Menteri Pertanian Palestina Riyad Atari melakukan negosiasi dengan Israel untuk mencabut larangan ekspor produk pertanian Palestina, Rabu (19/2). Proses pembicaraan dilakukan dengan bantuan mediator internasional.
Negosiasi itu berlangsung setelah Osseili dan Atari bertemu dengan para pemasok serta pengekspor produk-produk pertanian dari Tepi Barat dan Jalur Gaza. Pertemuan dilangsungkan kantor Kementerian Ekonomi Palestina di Ramallah.
Menurut Osseili dan Atari, Israel memberlakukan sistem kontrol serta dominasi atas perekonomian Palestina. Mereka menuding Israel mengarang krisis. Tujuannya menekan dan mengusik Palestina yang sedang berusaha membebaskan diri dari ekonomi Israel.
"Kami sedang mengembangkan ekonomi kami dan mencapai visi kami melalui perluasan basis produksi, mendorong impor langsung, mengembangkan produk nasional, dan diversifikasi pasar internasional untuk produk-produk nasional," kata Osseili dan Atar dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Ekonomi Palestina, dikutip laman kantor berita Pestina, WAFA.
Para pengusaha dan pebisnis di Palestina dilaporkan mendukung keputusan negara melarang produk-produk Israel masuk ke pasar Palestina. Itu merupakan respons atas sikap Pemerintah Israel.
Militer Israel telah memblokir ekspor pertanian Palestina melalui Yordania pada Ahad (9/2) lalu Hal itu dilakukan karena adanya instruksi langsung dari Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett.
Dalam intruksinya, Bennett memerintahkan militer Israel agar tak mengizinkan warga Palestina mengirim atau mengekspor produk pertaniannya melalui tanah penyeberangan mereka ke Yordania. Itu merupakan satu-satunya rute ekspor langsung dari wilayah Tepi Barat yang diduduki ke dunia luar.
Menurut Wakil Menteri Ekonomi Palestina Tariq Abu Laban, pelarangan ekspor pertanian negaranya merupakan respons Israel atas keputusan Pemerintah Palestina menghentikan impor daging sapi dari Israel pada September 2019. Palestina mengimpor rata-rata 120 ribu ekor sapi setiap bulannya dari Israel.
Namun sebagian besar sapi Israel itu pun merupakan hasil impor dari negara lain. Oleh sebab itu Palestina memutuskan menghentikan impor sapi dari Israel dan beralih ke negara pengekspornya langsung.
Setelah keputusan tersebut, penjualan sapi para peternak Israel mengalami penurunan drastis. Mereka kemudian menekan otoritas Israel untuk segera mengambil tindakan. Naftali Bennett akhirnya memutuskan membalas dengan melarang produk daging sapi Palestina dan produk lainnya.
Merespons hal tersebut, warga Palestina memperluas aksi boikotnya dan berhenti mengimpor sayuran, buah-buahan, dan air mineral dari Israel. Warga Palestina menyebut tindakan mereka memiliki efek dalam menekan Israel untuk mencabut larangannya.Sementara Israel mengatakan perdagangan normal akan dipulihkan saat Palestina mencabut kebijakan penghentian impor daging sapi.