Kamis 20 Feb 2020 12:49 WIB

Negosiasi Gagal, Perang Turki dan Suriah di Ambang Mata

Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib dan sedang menuju ke daerah perbatasan.

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah. Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib dan sedang menuju ke daerah perbatasan. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Iring-iringan kendaraan militer menuju ke perbatasan Turki-Suriah. Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib dan sedang menuju ke daerah perbatasan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA - Operasi militer Turki untuk memukul mundur serangan pasukan Pemerintah Suriah terhadap pemberontak di barat laut negara itu hanya tinggal menunggu waktu setelah negosiasi dengan Rusia menemui kegagalan. Pernyataan itu diungkapkan Presiden Tayyip Erdogan.

Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib dan lebih banyak lagi tentara negara itu sedang menuju ke daerah perbatasan. Alhasil, pasukan Turki tak lama lagi akan berhadapan langsung dengan pasukan Suriah yang didukung Rusia.

Baca Juga

Kremlin mengatakan, bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah akan menjadi 'skenario terburuk' dan Rusia akan berusaha untuk mencegah situasi makin buruk. Pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur dan pasukan khusus Rusia telah bertempur sejak Desember untuk membasmi para pemberontak di benteng terakhir mereka yang berada di Provinsi Idlib dan Aleppo.

Operasi militer yang dilakukan pasukan Suriah itu bisa menjadi salah satu episode terakhir perang saudara tersebut, yang sudah berlangsung selama sembilan tahun. Sudah hampir satu juta warga sipil mengungsikan diri dari serangan udara dan serangan artileri ke arah perbatasan. Keadaan itu membuat badan-badan bantuan internasional kewalahan menangani krisis kemanusiaan.

Turki, yang telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah, mengatakan tidak dapat menangani lebih banyak lagi pengungsi. Ketika berbicara kepada anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa pada Rabu, Erdogan mengatakan, Turki bertekad menjadikan Idlib sebagai zona aman.

Perundingan dengan Rusia akan dilanjutkan. Sejauh ini, kata Erdogan, beberapa putaran perundingan diplomatik gagal mencapai kesepakatan.

"Kami memasuki hari-hari terakhir bagi rezim untuk menghentikan permusuhannya di Idlib. Kami membuat peringatan terakhir," kata Erdogan, yang negaranya memiliki jumlah tentara terbesar kedua di NATO.

"Turki telah melakukan persiapan untuk melaksanakan rencana operasi militer sendiri. Saya katakan bahwa kita dapat datang kapan saja. Dengan kata lain, serangan Idlib hanya masalah waktu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement