Sabtu 22 Feb 2020 10:27 WIB

Tunda Pernikahan, Dokter di Wuhan Meninggal karena Corona

Dokter tersebut terpaksa menunda pernikahannya karena harus merawat pasien corona.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19, Kamis (13/2).
Foto: AP
Pekerja medis mengecek kondisi pasien di RS Jinyintan di Wuhan, Hubei, yang dibangun khusus untuk pasien kritis virus corona jenis baru atau Covid-19, Kamis (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang dokter berusia 29 tahun di Wuhan telah menjadi dokter terbaru yang meninggal karena terinfeksi virus corona baru atau Covid-19. Menyusul laporan China yang mengatakan, infeksi baru banyak terjadi di tiga provinsi serta desa di Beijing yang terisolasi.

Otoritas kesehatan Wuhan mengatakan, dokter Peng Yinhua bekerja pada bagian pernafasan dan perawatan kritis di Rumah Sakit Rakyat Pertama Distrik Jiangxia. Dia telah tertular saat bekerja di garda depan pusat persebaran virus Wuhan.

Baca Juga

Sebelumnya, Peng pernah muncul di media pemerintah karena menunda pernikahannya untuk terus bekerja merawat pasien corona. Dia kemudian dirawat di rumah sakit pada 25 Januari.

Kondisinya secara dramatis memburuk pada 30 Januari ketika dia dilarikan ke rumah sakit Jinyintan, Wuhan untuk perawatan darurat. Dia kemudian dinyatakan meninggal pada Kamis (20/2) pukul 21.50, menurut pernyataan dari rumah sakitnya.

Kekhawatiran penyebaran virus pada petugas medis di China menyeruak ketika penduduk ibu kota China mulai beraktivitas. Di Beijing, 36 orang di rumah sakit Fuxing dinyatakan positif mengidap virus tersebut. Meski banyak rumah sakit telah terisolasi awal bulan ini.

Di rumah sakit lain, Rumah Sakit Rakyat Universitas Peking, tiga orang dipastikan telah tertular virus. Tiga pasien tersebut adalah anggota keluarga dari pasien yang sebelumnya mengidap korona.

Ketika infeksi di luar China meningkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa negara-negara tidak harus memperlakukan virus sebagai musuh publik nomor satu.

"Jika kita tidak memakai peluang, kita mungkin menghadapi masalah serius," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip The Guardian, Sabtu (22/2).

"Virus ini sangat berbahaya dan merupakan musuh publik nomor satu dan tidak diperlakukan seperti itu," kata dia menambahkan.

Pekan ini, para pejabat di Wuhan mengatakan bahwa petugas kesehatan yang menangani kasus-kasus korona yang tertular virus tersebut akan diberikan 3.000 yuan atau 430 dolar AS sebagai kompensasi. Keluarga mereka yang meninggal karena virus itu akan menerima 5.000 yuan dalam dana belasungkawa.

Rakyat internet mengkritik jumlah tersebut, meskipun beberapa menunjukkan bahwa keluarga dan pekerja yang terinfeksi akan memenuhi syarat untuk bentuk kompensasi lain. "Apakah negaranya miskin? Anda dapat merawat puluhan ribu pasien, menyediakan peralatan pelindung untuk staf medis setiap hari, membangun rumah sakit baru dalam 10 hari. Apakah Anda buta atau apakah otak Anda terbuat dari kotoran?," kata salah satu pengguna media sosial mengkritik pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement