REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Iran pada Sabtu (22/2) melaporkan kasus kematian baru akibat corona virus. Alhasil, di antara negara Timur Tengah, Iran menjadi negara paling terdampak corona, dengan korban jiwa di negara itu berjumlah lima orang.
"Kami juga memiliki 10 kasus Covid-19 baru yang dikonfirmasi," kata juru bicara kementerian kesehatan Iran, Kianoush Jahanpour seperti dilansir Saudigazzete, Ahad (23/2).
Dia menambahkan, satu korban baru akibat corona itu belum menghitung delapan korban lainnya yang masih dirawat. Lebih lanjut, untuk kasus terbaru corona di negara itu, kini telah mencapai 28 total infeksi yang dikonfirmasi.
Terkait hal tersebut, masyarakat Iran saat ini diketahui sedang mencoba memenuhi kebutuhan masker untuk menghindari penularan. Bahkan, permintaan khusus masker di pengecer online Digikala di Iran, telah menembus penjualan 75 ribu masker dalam 36 jam pertamanya.
Di tengah kebutuhan yang mendesak terkait masker, memang banyak pihak yang menjualnya dengan harga tinggi. Namun demikian, berdasarkan pengakuan, pihak online itu tak mengambil komisi dari penjualannya tersebut.
"Selain permintaan tinggi, kami menentang kenaikan harga yang tidak biasa," ucap Digikala.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan kewajibannya. "Kami berharap kami dapat memenuhi sebagian permintaan negara," Ungkap dia
Sebagai informasi, wabah itu muncul menjelang pemilihan parlemen pada Jumat lalu. Namun demikian, Iran belum mengkonfirmasi asal mula wabah itu. Meski ditegaskan oleh seorang pejabat Iran yang berspekulasi, corona virus itu dibawa oleh pekerja China.
"Epidemi coronavirus telah dimulai di negara ini," kantor berita IRNA mengutip pernyataan Minoo Mohraz dari kementerian kesehatan.
Lebih jauh, kementerian kesehatan Iran hingga kini mengatakan, tes telah dilakukan pada 785 kasus yang diduga virus corona sejak wabah dimulai.
"Sebagian besar kasus adalah penduduk Qom atau memiliki sejarah datang dan pergi dari Qom ke kota-kota lain," kata juru bicaranya.