Ahad 23 Feb 2020 06:35 WIB

Erdogan Bahas Krisis Idlib dengan Putin-Merkel

Erdogan akan membahas Idlib pada pertemuan 5 Maret mendatang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
 Pria bersenjata berdiri di dekat bangkai helikopter tentara Suriah yang ditembak jatuh di Desa Qaminas, sekitar empat kilometer sebelah timur Idlib, Suriah utara, Selasa (11/2). Jet tempur Amerika Serikat dilaporkan melancarkan serangan di Suriah timur laut pada Rabu.
Foto: EPA
Pria bersenjata berdiri di dekat bangkai helikopter tentara Suriah yang ditembak jatuh di Desa Qaminas, sekitar empat kilometer sebelah timur Idlib, Suriah utara, Selasa (11/2). Jet tempur Amerika Serikat dilaporkan melancarkan serangan di Suriah timur laut pada Rabu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan telah mengagendakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada 5 Maret mendatang. Mereka akan membahas tentang situasi di Suriah dan Libya.

Krisis di Provinsi Idlib, Suriah, merupakan salah satu topik utama yang hendak dibahas. "Masalah Idlib sama pentingnya dengan Afrin dan (operasi) wilayah Peace Spring. Kami akan bertemu lagi pada 5 Maret untuk membahas masalah yang sama," ujar Erdogan pada Sabtu (22/2), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Pada Oktober tahun lalu Turki melaksanakan operasi militer di timur laut Suriah. Dalam operasi yang diberi nama “Operation Peace Spring” itu Ankara memerangi pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki.

Salah satu target Turki adalah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi. SDF merupakan sekutu utama Amerika Serikat (AS) dalam memerangi ISIS di Suriah.

"Mudah-mudahan kami akan mencapai hasil paling relevan yang bekerja paling baik untuk kepentingan negara kami dan saudara-saudara Suriah kami dalam masalah ini," kata Erdogan.

Kepala Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat PBB Mark Lowcock mengatakan bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Provinsi Idlib, Suriah. Sejak Desember tahun lalu, Idlib dibombardir pasukan Suriah dengan dukungan Rusia.

Dia mengungkapkan, ratusan ribu warga Idlib sedang melakukan eksodus. Kondisi mereka mencemaskan karena saat ini Idlib tengah dibekap cuaca sangat dingin.

“Banyak yang berjalan kaki atau di belakang truk dalam suhu di bawah titik beku, di tengah hujan, dan salju. Mereka pindah ke daerah yang semakin ramai yang mereka pikir akan lebih aman. Tapi di Idlib, tidak ada tempat yang aman,” ujar Lowcock saat berbicara di Dewan Keamanan PBB pada Rabu (19/2).

Menurut Lowcock, sejak 1 Desember 2019, hampir 900 ribu warga Idlib mengungsi. Lebih dari 500 ribu di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 50 ribu orang tak memiliki tempat bernaung.

Mereka berlindung di bawah pohon dan ruang terbuka. “Saya mendapat laporan harian tentang bayi dan anak kecil yang sekarat dalam kedinginan,” ujar Lowcock.

Pasukan Suriah dan sekutunya Rusia mengintensifkan serangan ke Idlib sejak Desember tahun lalu. Mereka berusaha merebut kembali wilayah itu dari kelompok oposisi bersenjata.

Idlib diketahui merupakan satu-satunya wilayah yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata Suriah.

Pertempuran di Idlib, tak hanya melibatkan pasukan pemerintah dan oposisi, tapi juga Turki. Ankara diketahui mendukung beberapa faksi oposisi yang berkeinginan menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Erdogan telah memperingatkan, jika pos-pos pengamatan militer negaranya di Idlib diserang, Turki akan membidik pasukan Suriah di mana pun mereka berada, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement