Ahad 23 Feb 2020 11:52 WIB

PBB Gambarkan Situasi Mengerikan di Barat Laut Suriah

Tidak ada tempat yang aman lagi di Idlib.

Rep: Umar Mukhtar / Red: Agus Yulianto
Pasukan Relawan Helm Putih  memadamkan api yang membakar sebuah kendaraan akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota  Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Pasukan Relawan Helm Putih memadamkan api yang membakar sebuah kendaraan akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala Bantuan PBB Mark Lowcock menggambarkan kondisi mengerikan di barat laut Suriah. Wilayah itu memperlihatkan situasi mengerikan selama beberapa bulan terakhir. Sekitar 3 juta warga Suriah menderita serangan oleh pasukan yang setia kepada rezim Bashar al-Assad.

"Saya belum pernah melihat sesuatu yang mengerikan seperti yang terjadi sekarang di Suriah barat laut. Dan orang-orang keluar dalam dinginnya lumpur, bayi sekarat dan setiap hari kita mendapat laporan tentang kekerasan ini," kata dia dilansir dari Anadolu Agency, Ahad (23/2).

Lowcock melanjutkan, warga Suriah yang melarikan diri dari Ghouta Timur dipindahkan di provinsi Idlib. Mereka masih di bawah ancaman bom tanpa tempat tinggal dan pendidikan. Menurut dia, hal ini menggambarkan adegan kampanye brutal oleh rezim Suriah dan Rusia.

Lowcock mengatakan, orang-orang di barat laut Suriah berada dalam kondisi terjepit tanpa perlindungan. Bahkan, menurutnya, tidak ada tempat yang aman lagi di Idlib. Seorang pekerja kemanusiaan dengan fasilitas kesehatan yang bekerja untuk membantu warga Suriah tewas dalam pemboman Kamis.

"Kecuali jika (kekerasan) ini berhenti, kecuali jika orang-orang ini dilindungi, saya khawatir, kita akan melihat kisah horor kemanusiaan terbesar yang pernah dilihat dunia pada abad ke-21," kata dia. 

Dia menambahkan, populasi Suriah di Idlib tengah terjebak dalam masalah dan sedang berusaha melarikan diri dari itu.

Idlib, dekat perbatasan selatan Turki, berada dalam zona de-eskalasi yang diatur dalam kesepakatan antara Turki dan Rusia pada akhir 2018. Namun, rezim Suriah dan sekutu-sekutunya secara konsisten telah melanggar ketentuan-ketentuan gencatan senjat, dengan sering melancarkan serangan di dalam wilayah tempat tindakan agresi secara tegas dilarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement