Ahad 23 Feb 2020 21:49 WIB

Isu Rusia Bantu Trump Menangkan Pilpres 2020 Dibantah

Penasihat keamanan nasional AS bantah isu Rusia bantu menangkan Trump di Pilpres.

President Amerika Serikat, Donald Trump. Muncul isu bahwa Rusia ikut campur tangan dalam upaya meningkatkan kemungkinan Trump kembali terpilih di Pilpres 2020.
Foto: AP
President Amerika Serikat, Donald Trump. Muncul isu bahwa Rusia ikut campur tangan dalam upaya meningkatkan kemungkinan Trump kembali terpilih di Pilpres 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat Donald Trump angkat bicara soal isu peran Rusia dalam upaya kemenangan pejawat di Piplres 2020. Pihaknya membantah ada peringatan dari pejabat-pejabat intelijen AS bahwa Rusia sedang mencampuri kampanye presiden AS untuk meningkatkan kemungkinan Trump terpilih lagi.

"Sejauh ini saya belum mendapat informasi intelijen bahwa Rusia sedang melakukan sesuatu untuk mengupayakan Presiden Trump terpilih kembali," kata Robert O'Brien dalam wawancara dengan ABC News yang akan disiarkan pada Ahad.

Baca Juga

O'Brien ditunjuk sebagai penasihat keamanan nasional oleh Trump pada September tahun lalu. Ia mengaku belum mendapat laporan itu.

"Dan saya punya akses sangat kuat," katanya, menurut cuplikan wawancara yang dikeluarkan pada Ahad.

Beberapa pejabat intelijen AS mengatakan kepada Komite Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemaparan tertutup bahwa Rusia lagi-lagi sedang mencampuri politik Amerika menjelang pemilihan pada November. Hal itu seolah mengulang kejadian pada 2016, kata seseorang yang mengetahui pembicaraan itu kepada Reuters, Kamis (20/2).

Sejak pemaparan tersebut, Trump sudah memecat penjabat kepala intelijen dan menggantinya dengan seorang loyalis politik. Sementara itu, kalangan tokoh Partai Demokrat dan sejumlah pejabat AS meningkatkan peringatan soal keamanan nasional.

Kandidat presiden dari Demokrat, Bernie Sanders, juga mengatakan, Jumat (21/2), ia sudah diberi tahu pejabat-pejabat intelijen AS satu bulan lalu bahwa Rusia tampaknya melancarkan gerakan disinformasi dan propaganda untuk memperkuat peluangnya pada pemilihan 2020.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement