Senin 24 Feb 2020 06:01 WIB

Paus Francis Singgung Solusi tak Adil Israel-Palestina

Paus Francis secara terbuka menyinggung solusi konflik Israel-Palestina ala Trump.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Paus Francis secara terbuka menyinggung solusi tak adil konflik Israel-Palestina yang digagas Presiden AS Donald Trump.
Foto: EPA/Maurizio Brambatti
Paus Francis secara terbuka menyinggung solusi tak adil konflik Israel-Palestina yang digagas Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Paus Francis memperingatkan tentang solusi yang tak adil untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Peringatannya itu jelas mengacu pada rencana perdamaian Timur Tengah yang disusun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Paus Francis mengungkapkan, saat ini wilayah Mediterania terancam oleh pecahnya ketidakstabilan serta konflik, baik di Timur Tengah dan berbagai negara Afrika Utara. Dia pun menyoroti konflik Israel-Palestina.

Baca Juga

"Kita juga tidak bisa mengabaikan konflik yang masih belum terselesaikan antara Israel dan Palestina, dengan bahaya solusi yang tidak adil dan karenanya merupakan awal dari krisis baru," ujar Paus Francis saat menghadiri pertemuan para uskup dari semua negara Lembah Mediterania yang diselenggarakan di Bari, Italia, Ahad (23/2), dikutip laman Middle East Monitor.

Itu diyakini pertama kalinya Paus Francis secara terbuka berbicara tentang konflik Israel Palestina sejak Trump mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah-nya pada 28 Januari lalu. Sebelumnya, dia memang cukup sering membela hak-hak Palestina. Namun pada saat bersamaan, Paus Francis pun kerap menekankan tentang kebutuhan Israel dalam hal keamanan.

Pada 2018, Paus Francis menyatakan keprihatinan atas keputusan AS memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dia mengatakan status quo Yerusalem harus dihormati. Paus Francis meminta semua pihak menghormati resolusi PBB terkait kota tersebut.

Rencana perdamaian Timur Tengah yang disusun Trump memang menuai banyak kritik dan protes, termasuk dari Liga Arab dan Uni Eropa. Selain karena tak melibatkan Palestina dalam prosesnya, rencana perdamaian itu pun sangat memihak dan memprioritaskan kepentingan politik Israel.

Dalam rencananya, Trump menyatakan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang tak terbagi. Ia pun mengakui pendudukan Israel atas sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan.

 
Dengan rencana tersebut, aspirasi dan tuntutan Palestina kian terkubur. Ia tak bisa lagi mengharapkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negaranya. Teritorial yang diinginkan Palestina, yakni berdasarkan garis perbatasan 1967, juga buyar. Sebab Israel telah mencaplok sebagian Tepi Barat dan Lembah Yordan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement