REPUBLIKA.CO.ID, KIGALI – Lebih dari 4.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka setiap hari di Burkina Faso di tengah meningkatnya serangan terhadap warga sipil oleh kelompok-kelompok ekstremis.
Hal ini diketahui sebagaimana laporan Badan Pengungsi PBB (UNHCR). "Di Burkina Faso, serangan terbaru oleh gerilyawan terhadap warga sipil dan pemerintah setempat telah memaksa rata-rata harian lebih dari 4.000 orang meninggalkan rumah mereka dan mencari keselamatan sejak 1 Januari," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency, Ahad (23/2).
UNHCR menyebut bahwa sejauh ini ada 765 ribu orang di sana mengungsi. Orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan melaporkan serangan di desa mereka oleh kelompok-kelompok militan, yang membunuh, memperkosa, dan menjarah. "Ketakutan atas serangan-serangan ini, penduduk telah meninggalkan segalanya untuk mencari keselamatan," demikian laporan PBB.
Bahkan PBB juga menyebut, peristiwa ini meningkat 16 kali lipat dibandingkan dengan Januari 2019. Diperkirakan 150 ribu orang telah melarikan diri hanya dalam tiga pekan terakhir.
Juru Bicara UNHCR, Andrej Mahehic, mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa sebagian besar dari mereka yang terlantar sekarang tinggal di komunitas tuan rumah di mana bantuan sulit dicapai.
Angka-angka PBB menunjukkan serangan ekstremis di negara-negara seperti Mali, Niger, dan Burkina Faso, menewaskan 4.000 orang pada 2019.
Kondisi ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan telah memaksa 600 ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Lebih dari 4.400 pengungsi dari Niger telah tiba di Mali, melarikan diri dari serangan di wilayah Tillaberi dan Tahoua. Para pengungsi menemukan keamanan di kota Anderamboukane dan Menaka Mali, kemudian bergabung dengan 7.700 pengungsi Mali lainnya di daerah yang sama.
(umar mukhtar)